REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Yusuf Kurniawan pesimistis timnas Indonesia meraih hasil baik pada laga perdana Pra-Piala Asia 2015 melawan Irak di Dubai, Rabu (6/2).
Yusuf mengatakan, akan sangat berat bagi anak-anak asuh Nil Maizar meraih hasil positif dengan kondisi sepak bola Indonesia yang tidak kondusif. Terlebih, persiapan timnas menjelang pertandingan pun tidak berjalan mulus, dari mulai hal tekhnis dan non teknis.
"Berat. Semua hal tidak mendukung untuk meraih hasil maksimal. Jangan terlalu berharap banyak," kata Yusuf ketika dihubungi Republika, Selasa (5/2).
Dia mengatakan, komposisi pemain yang dimiliki timnas saat ini tidak mempresentasikan pemain-pemain terbaik yang ada di Indonesia. Karena itu, akan sangat sulit pula bagi Indonesia meraih hasil imbang, apalagi kemenangan. Kisruh dualisme organisasi dan kompetisi memang membuat para pemain terbaik, khususnya yang berkompetisi di Indonesia Super League (ISL) urung memperkuat timnas.
Pemain-pemain beken seperti Patrich Wanggai, Boaz Solossa, Greg Nwokolo, Ahmad Bustomi, M. Ridwan, dan I Made Wirawan lebih memilih tunduk pada pertaturan klub yang melarang pemainnya membela timnas. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan oleh Yusuf. Apalagi, polemik pemanggilan pemain ISL ke timnas sudah berlangsung sejak lama.
Hal serupa pun terjadi saat Piala AFF 2012. Lantaran diisi pemain apa adanya, langkah Indonesia hanya sampai di fase grup. Ia menyadari, para pemain ISL tidak memenuhi panggilan bukan karena tidak memiliki rasa nasionalisme. Melainkan hanya menjadi korban atas kisruh di tubuh sepak bola Indonesia.
Saat ini, timnas memiliki 29 pemain. Namun hanya empat diantaranya yang memiliki pengalaman dan menjadi langganan timnas senior. Yakni Irfan Bachdim, Okto Maniani, Andik Vermansah, dan Taufiq.
"Bagaimana kita mau menang perang lawan negara lain, kalau di negara sendiri kita masih berperang," tutur Yusuf.
Yusuf mengatakan, timnas lebih baik bermain realistis pada pertandingan nanti. Yakni dengan lebih memfokuskan untuk menjaga barisan pertahanan. Pasalnya, lini belakang menjadi lini yang paling lengah dalam permainan timnas.
Ini terlihat dalam laga uji coba terakhir melawan Yordania pada Kamis (31/1). Bobroknya kinerja Wahyu Wijiastanto dan kawan-kawan di barisan belakang, membuat timnas menuai kekalahan telak lima gol tanpa balas.
"Jadi fokus bertahan saja. Supaya tidak kebobolan lebih banyak," ucapnya.