Jumat 08 Feb 2013 22:12 WIB

Gemerlap Lampion di Klenteng Tua

Klenteng Hok Lay Kioang
Foto: dinas kebudayaan dan pariwisata jawa barat
Klenteng Hok Lay Kioang

Oleh Reja Irfa Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, Deretan lampion langsung menyambut Republika sewaktu memasuki lingkungan RT 03/RW 01, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur.

Lelampuan itu tersusun rapi diantara sekat rumah dan  sepanjang jalan menuju Klenteng Hok Lay Kiong.

Begitu sampai disana, hiasan lampion semakin banyak dan terlihat memenuhi atap klenteng. Inilah salah satu cara klenteng tertua di Bekasi itu menyambut pergantian tahun baru cina atau imlek.

Selain pemasangan lampion, deretan lilin berukuran besar juga sudah terpasang di beberapa titik di dalam klenteng. Semua ini dilakukan untuk mendukung peribadatan warga tionghoa di sekitar Bekasi.

''Semua persiapan ini sudah kami lakukan sejak sepuluh hari yang lalu, termasuk membersihkan altar dan langit-langit klenteng,'' kata Ricky (66 tahun), penjaga klenteng, Jumat (8/2).

Dalam mempersiapkan perayaan imlek, Ricky dibantu oleh sembilan pengurus klenteng. Beberapa staf embersihkan dudukan lilin. Lainnya,  membereskan dupa persembahan untuk dewa-dewa di masing-masing altar.

Ricky, yang memiliki nama asli Hoan Tung Kie, pun terlihat masih sigap memindahkan barang-barang keperluan sembahyang warga tionghoa.

Begitu langit mulai gelap, lampion pun langsung dinyalakan. Warna merah berpadu dengan warna emas langsung menghiasi pelataran klenteng.

Asap dari dupa yang berada di pelataran klenteng itu pun menambah suasana kemeriahan imlek di klenteng itu makin terasa. ''Nanti pas malam pergantian tahun suasananya bakal tambah meriah mas, soalnya bakal ada kembang api,'' tutur Ricky.

Biasanya, ketika imlek, warga yang datang untuk bersembahyang bisa mencapai dua ribuan orang. Jemaat berhamburan dari seluruh wilayah Bekasi. Bahkan ada pula yang datang dari Jakarta dan luar Pulau Jawa.

Biasanya, mereka adalah warga Bekasi yang merantau dan kembali lagi kemari untuk bersembahyang. Klenteng Hok Lay Kiong yang artinya Istana Pembawa Berkah itu pun selalu siap menerima jemaat selama 24 jam.

Ricky bercerita, klenteng itu sudah berusia hampir ratusan tahun. Ornamen-ornamen seperti tiang penyangga, atap, pintu, dan altar persembahyangan masih sesuai bentuk aslinya sewaktu didirikan.

Kendati begitu, Ricky memang mengakui sempat ada beberapa kali renovasi. Ricky pun mengklaim, klenteng ini merupakan satu-satunya di wilayah Bekasi.

''Mungkin ada yang membuat altar persembahyangan sendiri di rumah. Tapi yang dibuka untuk umum ya hanya disini,'' ujar Ricky dengan sangat yakin.

Ada delapan altar persembahyangan di klenteng ini. Namun ada tiga yang paing utama, yaitu altar Dewa Kwam in Posat, altar Dewa Hiang Tian Siang Tee, dan altar Dewa Sam Kwan Tay Tee. Semua ini yang biasanya dwajibkan bagi para umat Konghucu untuk bisa disembahyangi.

Terkait harapan di tahun ular air, Ricky berharap semua orang bisa  mendapatkan keberkahan, kedamaian, dan kemakmuran di semua bidang.

''Kalau lihat perhitungannya sih, tahun ular air biasanya membawa kemakmuran, mas,'' tutur Ricky sembari menyalakan lilin di salah satu altar persembahyangan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement