Jumat 15 Feb 2013 09:16 WIB

Lagi-Lagi Baja Cina Ganggu Industri Nasional

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Industri baja - ilustrasi
Industri baja - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Industri baja nasional mengeluhkan banjirnya baja asal Cina di pasar domestik. Harga baja asal Cina lebih murah sebesar 3-5 persen dari harga baja lokal.

Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Djamaluddin Tanoto mensinyalir murahnya harga baja tersebut lantaran produsen baja asal Cina melakukan praktik bisnis tak terpuji, dengan mengakali aturan bea masuk impor yang ditetapkan pemerintah untuk baja komersial.

Modusnya, menurut Djamaluddin baja asal Cina tersebut pada dokumen laporannya diklaim telah mengandung Boron (bahan campuran baja untuk meningkatkan kekuatan baja berketebalan tipis). Padahal, setelah dicek ke laboratorium di Bandung, kandungan Boronnya sangat kecil, hanya 0,008 persen saja. Sehingga, bisa dibilang tak ada bedanya dengan baja pada umumnya.

Hal itu, ungkapnya, dilakukan produsen baja Cina untuk menghindari bea masuk impor sebesar 5 persen yang ditetapkan pemerintah Indonesia. Selain itu, Pemerintah Cina juga memberikan pengembalian pajak ekspor sebesar 9 persen kepada eksportir baja Cina yang menambahkan kandungan Boron di bajanya.

"Dengan keringanan pajak sebesar 14 persen tersebut sudah mampu menutupi biaya produksi baja yang dijual ke Indonesia,” ujar Djamaluddin, dalam keterangan tertulisnya kepada ROL.

Keluhan serupa juga disampaikan Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, Gunato Gunawan. Menurut Gunato, derasnya baja impor asal Cina tersebut makin memberatkan produsen baja lokal. Sebab, pada bulan ini, industri baja nasional terpaksa melakukan kenaikan harga produk baja berkisar 13-15 persen dari harga lama.

Selain Gunawan Dianjaya Steel, kenaikan harga produk baja juga akan dilakukan PT Krakatau Steel (persero) Tbk dan PT Gunung Raja Paksi. Gunato mengatakan kenaikan harga jual tersebut tak bisa dihindari, karena bahan baku baja seperti scrap (besi tua), iron ore pellet (bijih besi), dan slab (baja setengah jadi) yang sebagian besar masih diimpor, sejak awal 2013, mengalami kenaikan harga secara signifikan.

Gunato menegaskan, kenaikan harga jual produk baja bukan untuk mencari untung besar, melainkan agar produsen baja domestik tetap dapat berproduksi. Sebagai contoh, harga scrap baja (besi bekas) sejak Januari 2013 telah mencapai  430 dolar AS per ton, meningkat 13 persen jika dibanding harga pada Oktober 2012 sebesar 380 dolar AS per ton. Begitu pula harga bijih besi impor, khususnya yang berasal dari India telah naik 30 persen dari 115 dolar AS per ton menjadi 150 dolar AS per ton untuk periode yang sama.

Selain kedua bahan baku baja tersebut, kenaikan harga juga berlaku pada baja setengah jadi (slab) impor. Sejak awal tahun ini, harga slab telah mencapai 540 dolar AS per ton, atau naik 15 persen dari 470 dolar AS per ton pada Oktober 2012.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement