REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih Bradford City, Phil Parkinson, enggan menyalahkan para pemainnya setelah menelan kekalahan telak 0-5 dari Swansea City di final Piala Liga pada Ahad (24/2). Bradford menembus partai final untuk pertama kali dalam 102 tahun terakhir.
Bradford terakhir kali melakoni laga final pada 1911. Mereka saat itu mengalahkan Newcastle United 1-0 di laga final ulang Piala FA.
Bradford semalam kembali menembus partai final meski akhirnya kalah dengan skor menyakitkan 0-5. Namun, semua itu tidak serta merta mengecilkan sorotan kepada suporter Bradford yang membawa sebuah spanduk besar memperingati kematian 56 nyawa dalam kebakaran di kandang mereka, Stadion Valley Parade, pada 1985.
Mereka terus menerus menyanyikan yel-yel dukungan hingga akhir laga.
"Saya tidak bisa mengkritik siapapun karena semuanya sangat mengagumkan," kata Parkinson yang juga mendapat banyak pujian dari para pendukung Bradford. "Sorotan utamanya adalah para suporter tetap bersama tim sepanjang pertandingan.''
Parkinson mengakui Swansea berada di kelas yang berbeda.
"Apa yang Swansea lakukan kepada kami adalah yang mereka lakukan pada tim-tim Liga Primer pada musim ini,'' katanya. ''Mereka tim yang luar biasa dan saya harus mengacungkan jempol kepada hasil kerja istimewa Michael Laudrup.''
Meski mengakui timnya tidak bermain dalam performa terbaik, namun Parkinson mengingatkan laga tersebut merupakan hari istimewa. Itu tentunya akan berat menghadapi beban besar dengan banyaknya pemain muda di timnya.
"Tentu saja kami bisa berbuat lebih baik, namun mereka mengandaskan Wigan, Arsenal dan Aston Villa. Saya tidak ingin terlalu kritis," kata Parkinson. "Bagaimana mereka tampil di tengah tekanan ini tentunya luar biasa.''