REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam terutama di Indonesia masih disibukkan dengan perbedaan penetapan 1 Ramadhan serta 1 Syawal. Sebab itu, umat Islam harus mulai menggunakan penanggalan Islam berstandar Internasional.
''Artinya, umat Islam di seluruh dunia harus mulai menggagas untuk menerapkan penanggalan Islam secara global. Namun penanggalan ini harus tetap didasarkan sesuai dengan Alquran dan Hadis,'' ujar Ustaz Endang Darmawan Abdullah dari Lembaga Penelitian dan Pengkajian Konsepsi Waktu Dalam Islam (LPWI).
Menurut dia, penanggalan Islam bukan hanya digunakan oleh umat Islam, tapi juga malaikat. Menurut Ustaz Endang Darmawan, Allah sudah menentukan penanggalan Islam menjadi 12 bulan sejak awal penciptaan bumi.
''Artinya sistem penanggalan 12 bulan sudah ada jauh sebelum penanggalan hijriyah diabadikan Khalifah Umar bin Khatab berdasar masa hijriyah. Bahkan sejak awal manusia pertama Adam ada di bumi, umat Islam sudah mengenal zona waktu dengan Makkah sebagai pusatnya,'' tutur dia.
Menurut dia, awal hari dan permulaan jam ada di zona nol Makkah, meliputi Makkah, Madinah, Yerusalem, Moskow, Etiopia. Konsekuensinya kita (Indonesia) Indo ada di zona 21," kata ustaz Endang Darmawan dalam Seminar 'Solusi Tuntas Mengatasi Awal Ramadhan, 1 Syawal dan Idul Adha di Seluruh Dunia', di Islamic Boof Fair Jakarta, Senin (4/3).
Ustaz Endang Darmawan menambahkan umat Islam akan diuntungkan dengan adanya penanggalan dan jam Islam skala internasional. Adanya penanggalan dan jam Islam internasional, tidak akan ada perbedaan hari dalam ibadah dimanapun. Selain itu, umat Islam memiliki penanggaln yang sama dengan malaikat sebagai pencatat amal manusia.
"Tidak ada perbedaan penetapan kedatangan bulan Ramadhan, 1 Syawal dan Idul Adha di antara umat Islam," tambah Ustaz Endang.