REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Dua tentara Amerika Serikat dibunuh dalam upaya penyerangan seorang yang mengenakan seragam militer Afganistan, Senin (11/3) waktu setempat.
Pejabat setempat, seperti dilansir Reuters mengungkapkan, tiga polisi dan dua tentara Afganistan juga ikut terbunuh dalam serangan tersebut.
Serangan itu berlangsung ketika pasukan khusus Amerika Serikat sudah diberi tenggat waktu untuk menghentikan serangan ke timur provinsi di Wardak. Presiden Afganistan Hamid Karzai memang membiarkan mereka dan tentara Afganistan bekerja untuk menyelesaikan penyiksaan dan pembunuhan di area tersebut.
Seorang pejabat di kementerian dalam negeri Afganistan menjelaskan, serangan terjadi di Distrik Jalriz, Wardak. Tidak jelas apakah serangan tersebut memang menyasar kepada pasukan khusus Amerika Serikat.
Sekretaris Kementerian Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel yang meninggalkan Afganistan pada Senin (11/3) setelah tiga hari kunjungan sempat berbicara isu sensitif soal Wardak saat dia bertemu Karzai.
Pasukan keamanan Amerika Serikat menyanggah adanya perlakuan kekerasan apapun di Wardak. Hagel sangat berharap adanya perjanjian yang bisa dicapai untuk meneruskan penempatan pasukan. Akan tetapi, tidak ada kemajuan ketika dia berbicara dengan Karzai.
Penyerangan dengan melibatkan pasukan keamanan Afganistan yang menggunakan senjata mereka kepada tentara NATO - pelatih mereka - dan bertempur dengan pemberontak Taliban meningkat sejak akhir tahun lalu.
Penyusup dalam seragam hijau dan biru menjadikan terkikisnya kepercayaan antara pasukan koalisi dan tentara Afganistan.