Rabu 13 Mar 2013 08:25 WIB

Ini Salah Satu Penyebab Harga Bawang Naik

Rep: Amri Amrullah/ Red: Dewi Mardiani
Pekerja menyusun Bawang Putih impor saat bongkar muat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12).
Pekerja menyusun Bawang Putih impor saat bongkar muat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Salah satu penyebab meroketnya harga bawang hampir sepekan terakhir ternyata akibat kebijakan pembatasan impor hortikultura Indonesia. Kebijakan pembatasan impor hortikultura ini membuat ratusan kontainer bahan makanan impor tertahan di terminal pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyanto mengakui ratusan kontainer berbahan makanan impor dari beberapa negara tersebut tertahan akibat pembatasan kuota impor yang diterapkan awal tahun lalu.

"Salah satu dari ratusan kontainer tersebut, memang ada 33 kontainer bawang putih yang tidak dapat keluar dari terminal Pelabuhan Tanjung Perak," ujar Edi, Rabu, (13/3).

Edi mengungkapkan, ada tiga alasan mengapa 33 kontainer bawang putih asal Cina ini dilarang keluar pelabuhan. Pertama, larangan itu akibat berlakunya kebijakan pembatasan kuota impor awal tahun lalu. Kedua, 33 kontainer bawang putih ini, tidak dilengkapi rekomendasi produk impor hortikultura (RPIH) dari Kementerian Pertanian. Ketiga, jelas dia, 33 kontainer ini tertahan karena tidak jelas siapa pemiliknya.

Kontainer-kontainer ini pun, jelas dia, tidak memiliki manifes barang yang seharusnya dimiliki dalam pelayaran. "Dengan tidak adanya syarat administrasi yang dipenuhi tersebut, maka sejak awal Januari bawang putih sebanyak 20 ton ini tidak bisa keluar pelabuhan," ujarnya.

Edi memperkirakan sedianya, bawang putih ini kemungkinan untuk mencukupi kebutuhan bawang di Jawa Timur dan beberapa wilayah Jawa ini. Edi juga mengonfirmasi, setidaknya masih ada ratusan kontainer lagi bahan makanan lain yang juga tertahan karena masalah yang sama dengan isi buah-buahan dan daging impor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement