REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL—Teknokrat beridealisme Barat, Ghassan Hitto terpilih sebagai perdana menteri pilihan oposisi Suriah dalam pertemuan Koalisi Nasional Suriah di Turki.
Pihak koalisi berharap Hitto bisa melawan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pada Selasa pagi (19/3), 50 anggota koalisi sudah menyelesaikan hajatnya. Sebanyak 35 anggota memilih Hitto. Otomatis dia menjadi PM terpilih versi koalisi.
“Saya berterimakasih pada para pahlawan dan revolusionalis Suriah. Kita bersama kalian,” ungkap Hitto sesaat setelah namanya diumumkan unggul.
Di tengah dentuman senjata dan bombardir antara oposisi dengan tentara pemerintah, Hitto mesti melaksanakan tugasnya. Langkah awalnya dia ingin menata kembali administrasi negara karena pusat pemerintahan Suriah sudah hancur.
Hitto (50 tahun) dikenal sebagai seorang warga negara Amerika Serikat dan bekerja di sektor komunikasi di Negeri Paman Sam. Setelah itu kariernya berlanjut di bidang asistensi kemanusiaan. Ia disegani seluruh kelompok oposisi.
Agar pemerintahan pulih, Hitto berjanji akan menyediakan dana sekitar 500 juta dollar AS setiap bulannya. Anggaran itu digunakan untuk memenuhi layanan publik, membuka kembali sekolah-sekolah hingga membayar pegawai pemerintah.
"Kita kini punya kesempatan karena kita mempunya orang yang kompeten untuk memulai. Jika kita terlambat untuk mengeksposnya, maka akan terlambat semuanya,” papar seorang anggota koalisi.
Terpilihnya Hitto tak lepas dari peran sekretaris jenderal koalisi Mustafa Sabbagh. Pengusaha ternama ini mempunyai koneksi dengan negara-negara Arab dan Ikhwanul Muslimin.