Sabtu 23 Mar 2013 17:41 WIB

Harga Cabai Rawit Merah Masih Selangit

Rep: Nurhamidah/ Red: Karta Raharja Ucu
  Pedagang mengemasi cabai-cabai yang dibeli pelanggannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/3).   (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pedagang mengemasi cabai-cabai yang dibeli pelanggannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Harga cabai rawit merah lebih tinggi dari harga cabai lainnya. Sejumlah pedagang menjual berkisar Rp 40 sampai Rp 50 ribu sejak tiga hari lalu.

Pantauan ROL di Pasar Anyar, Jalan Ahmad Yani, Kota Tangerang, Sabtu (23/3), sejumlah pedagang cabai terlihat sepi pembeli tidak ada aktivitas jual beli seperti pedagang lain. Hanya ada satu dua pembeli yang singgah dan menanyakan harga.

Akibatnya lapak-lapak masih dipenuhi tumpukan cabai. Beberapa nampan masih dihiasi merah dan hijau dari warna cabe tersebut.

Fais (50 tahun), salah satu penjual menjelaskan saat ini menjual harga cabai rawit merah berkisar Rp 48 sampai Rp 50 ribu per kilogram. Sementara harga cabe merah adalah Rp 20 ribu per kilogram yang sebelumnya mencapai Rp 24 ribu per kilogram.

Harga cabai keriting merah dan cabai rawit hijau masih berada pada Rp 24 ribu. Sedangkan untuk cabai harga cabai hijau tetap normal Rp 12 ribu per kilogram. “Hari ini sepi, paling banyak yang beli setengah kilo jarang yang beli sekilo,” katanya.

Fais mendapatkan pasokan dari pasar induk di Tangerang. Ia mengharapkan lebih murah lagi karena kasihan kepada pembeli. Saat ini baru ada sekitar 20 pembeli yang menghampirinya biasanya biasa lebih dari itu.

Pernyataan senada diucapkan Roy (30) yang mengatakan harga cabe rawit dari pasar induk mencapai Rp 38 ribu. Sehingga dia menjual berkisar Rp 40 sampai Rp 50 ribu. “Pedagang kecil kegencet kalau barang kosong dan harga naik,” katanya.

Menurutnya terjadi kenaikan harga sejak Selasa (19/3) karena stok kosong saat itu. Biasanya, kata dia, pasokan penjualan mencapai 28 kilogram, bahkan 50 kilogram. Namun saat ini hanya bisa menyediakan 25 kilogram per harinya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement