REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berjanji akan mengendalikan indeks harga konsumen atau inflasi pada bulan-bulan mendatang. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku prihatin dengan tingginya inflasi pada dua bulan terakhir. Sebab inflasi yang tinggi dapat mengganggu konsumsi masyarakat serta memengaruhi pertumbuhan ekonomi. "Terus terang saja saya kecewa dengan (inflasi) dua bulan ini," tutur Hatta kepada wartawan di kantornya, Kamis (4/4).
Badan Pusat Statistik mencatat indeks harga konsumen atau inflasi Maret 2013 mencapai 0,63 persen. Komponen pengeluaran bahan makanan bawang merah memiliki andil 0,44 persen, bawang putih 0,20 persen dan cabai rawit 0,05 persen. Inflasi Maret lebih rendah dibandingkan Februari 2013 yang tercatat 0,75 persen.
Proses importasi hortikultura (khususnya terhadap bawang merah dan bawang putih) yang telah berjalan selama ini bertujuan melindungi petani dalam negeri. Namun, Hatta menyebut pelaksanaanya secara teknis di lapangan tidak mudah. Mengingat adanya distorsi di lapangan. Oleh karena itu perlu dibuatkan mekanisme perlindungan baru. "Tidak boleh lagi terjadi inflasi tinggi hanya disebabkan oleh bawang saja," ujar Hatta.
Sebagai gambaran, apabila akan melakukan importasi, importir terdaftar (IT) yang terdata di Kementerian Perdagangan, harus mendapatkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian. Setelah memperoleh RIPH, importir akan memperoleh surat persetujuan impor (SIP) dari Kementerian Perdagangan untuk melakukan importasi.
Rangkaian itu, kata Hatta, menimbulkan waktu tunggu yang lama terhadap pasar. Padahal ketersediaan barang di pasar tidak mungkin terlambat. Jika mekanisme yang sama dipertahankan, kejadian tingginya harga produk hortikultura akan terus terjadi. Ujung-ujungnya inflasi akan tetap tinggi."Makanya itu harus kita koreksi."