REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ayah tiri pembunuh anak sendiri memiliki sejarah kelam dalam hidupnya. Ini terkuak setelah adanya tes psikologi di Mapolda Metro Jaya, 27 Maret 2013 lalu.
''Sejarah hidup pelaku kelam,'' Kata Kasat Reskrim Polresta Tangerang, Kompol Shinto Silitonga dalam pesan singkatnya, Selasa (9/4)
Dari sejarah hidup pelaku, Shinto menjelaskan, pelaku anak kedua dari empat bersaudara, berasal dari Keluarga yang tergolong mampu. Namun sejak kanak-kanak, kehidupan keluarganya kurang harmonis, orang tua sering bertengkar.
''Sejak kecil pelaku kurang memperoleh perhatian dari ayahnya,'' Kata Shinto. Sejak kelas 6 SD orang tua pelaku bercerai, pelaku ikut ke Palembang dan hidup dengan ibu tiri. Pelaku juga kerap mendapat kekerasan seperti ditampar, dan dipukul oleh orang tuanya.
''Sering jadi sasaran kemarahan ayah dan ibu tirinya,'' Kata Shinto. Pada September 2012, pelaku dikenalkan ibu tirinya kepada Agus Wastio (36), dan Agus sudah memiliki anak perempuan, Davina Lavira Putri. Pelaku iba dengan Davina karena nasibnya sama dengan pelaku.
Pelaku kemudian bersedia menikah dengan Agus. Setelah menikah, Agus jarang pulang karena kerja sebagai supir ekspedisi. Menurut Shinto, karena jarang komunikasi, terjadi permasalahan rumah tangga yang dipicu oleh Davina.
Shinto mengatakan, korban yang bernama Davina menjadi sulit diasuh, tidak mau sekolah dan mengaji, susah makan, dan susah mandi. Davina hanya menurut ketika Agus di rumah. Menurutnya, Davina meninggal karena akumulasi dari perasaan pelaku selama ini dan dampak dari pengalaman hidupnya.