REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat perolehan penjualan per kuartal pertama sebesar 4,51 juta ton atau setara dengan 17 persen dari target akhir tahun. Realisasi penjualan tersebut merupakan 99 persen dari target kuartal pertama perseroan yang awalnya dipatok 4,6 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Joko Pramono mengatakan di akhir tahun perseroan menargetkan penjualan 20,68 juta ton atau 35 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini ditopang oleh peningkatan volume angkutan batu bara dari lokasi tambang di Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung dan Dermaga Kertapati Palembang.
"PT Kereta Api akan mendatangkan 44 lokomotif baru untuk pengangkutan batu bara Bukit Asam," ujar Joko dalam siaran persnya, Selasa (23/4).
Sebanyak 20 lokomotif sudah tiba dan sisanya akan sampai sebelum akhir semester pertama. Dengan tambahan 44 lokomotif baru, perseroan memiliki armada sebanyak 88 unit lokomotif untuk mendukung pengangkutan.
Selain mengejar peningkatan penjualan, PTBA juga melakukan efisiensi di berbagai sektor. Perseroan akan merevisi pola penambangan, memprioritaskan penjualan batu bara berkalori tinggi untuk pasar ekspor dan pengalihan pemakaian daya listrik ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik sendiri.
Sejak akhir September lalu perseroan sudah mulai menggunakan daya listrik yang berasal dari PLTU milik sendiri. PLTU milik PTBA tersebut berkapasitas 3x10 megawatt yang berlokasi di mulut tambang Tanjung Enim.
Perseroan hanya memerlukan daya listrik sebesar 24 megawatt untuk kegiatan operasional. "Kelebihan daya listrik yang dimiliki PTBA dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)," ujar Joko. Daya tersebut dijual dengan tarif Rp 787,20 per kilowatthour (kwh).
Dengan upaya tersebut PTBA berpeluang meraih pendapatan senilai Rp 2,78 triliun dan laba bersih sebesar Rp 493,18 miliar. Hal ini mempertimbangkan harga rata-rata batu bara pada kuartal pertama senilai Rp 613.810 per ton.