REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian MS Hidayat mengharapkan kontribusi produksi tekstil Indonesia untuk dunia sebesar lima persen dalam waktu sepuluh tahun ke depan.
"Kontribusi Indonesia untuk kebutuhan tektil dunia tidak sampai 2 persen, saya berharap dalam waktu sepuluh tahun lagi meningkat menjadi 5 persen, kata MS Hidayat, usai pembukaan Pameran Batik di Jakarta, Selasa (23/4).
Dia mengatakan saat ini ekspor tekstil Indonesia sudah mencapai 12,6 miliar dolar AS. Hidayat menambahkan pemerintah akan memprioritaskan kembali sektor tekstil termasuk batik agar menjadi produk unggulan.
"Karena sektor tekstil ini padat modal dan tenaga kerja maka banyak kendala yang kami hadapi. Namun satu per satu kami coba tangani," ujarnya.
Ia melanjutkan Industri tekstil Indonesia masih berkompetisi dengan Vietnam. "Indonesia masih ada waktu 2 tahun setengah, sekarang pemerintah akan bentuk komite khusus untuk menanggulangi hambatan-hambatan yang harus diselesaikan menjelang pasar tunggal ASEAN," kata dia.
Fokus utama yang harus dibenahi, lanjut dia, yaitu berupa infrastruktur, biaya, tarif, dan juga tentu ongkos ekonomi tinggi karena di negara ASEAN lain, biaya pungli maupun ongkos-ongkos semacam itu tidak setinggi di Indonesia.
Sebelumnya, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan, batik adalah identitas masyarakat dan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, batik harus dicintai dan dikembangkan di semua daerah di Indonesia. Menurut dia, dengan pameran batik ini diharapkan para perajin di seluruh Indonesia mencantumkan label 'emas' untuk batik tulis, 'perak' untuk kombinasi tulis dan cap, dan 'putih' untuk batik cap di setiap lembar batik yang diproduksi.