REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa kejayaan ekonomi Amerika Serikat (AS), mereka menelurkan jargon American Dream. Indonesia pun juga bisa demikian.
Pakar Marketing, Yuswohady mengatakan saat ini perekonomian Indonesia tengah mencapai keemasannya. Jadi, ada fondasi kuat berupa pertumbuhan ekonomi makro yang stabil, tumbuhnya kelas menengah dan jumlah penduduk yang besar.
"Kondisi ini yang sangat mendorong terciptanya Indonesian Dream," kata Yuswohady saat berbincang dengan Republika Online di Jakarta, Selasa (23/4).
Pertanyaannya, lanjut dia, apa modal untuk menggapai Indonesian Dream? Modalnya adalah optimisme. Modal ini sebenarnya sudah dimiliki bangsa Indonesia.
Itu terlihat dari sebagian masyarakat kita yang berkeinginan besar untuk memiliki penghasilan besar, rumah mewah, mobil lebih dari satu dan hal lainnya.
"Di Eropa dan AS justru kebalikannya, dimana masyarakatnya tidak lagi dihinggapi optimisme. Mereka menyadari bahwa setiap harinya kehidupan mereka terus memburuk sebagai dampak kelesuan ekonomi," papar Yuswohady.
Modal lainnya yaitu telah terjadi pergeseran di masyarakat ketika memandang wirausahawan alias entrepreneur. Dulu mungkin menjadi karyawan di perusahaan besar merupakan impian pemuda. Tapi kini, sikap itu tak lagi dominan. Cukup banyak yang mmandang entrepreneur sebagai jalan cepat menuju kemakmuran sehingga bidang ini mulai memiliki gengsi.
Namun, Yuswohady menegaskan ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi perkembangan ini. Sikap itu berupa kewaspadaan dengan masuknya warga asing.
"Mereka tahu, ekonomi Indonesia yang membaik dan status Indonesia sebagai pasar besar dunia merupakan peluang mereka untuk masuk. Sudah banyak buktinya kok," kata Yuswohady.