REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia yang baru, dari partai sayap kiri Enrico Letta memilih berkoalisi dengan partai sayap kanan pimpinan mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi. Koalisi antara Partai Demokrat Itali (PD) dan Partai Kebebasan Rakyat (PDL) ini adalah pertama kali dalam sejarah politik di Roma, Italia.Letta menyatakan 'penggabungan politik' tersebut saat Ahad (28/4).
BBC News melansir pernyataan Letta menjawab kebuntuan politik di pemerintahan pascapemilihan nasional 24 Februari lalu. Kabinet baru bentukan Letta akan dilantik pada Ahad (28/4) waktu setempat.
Dalam siaran persnya, Letta mengatakan pemerintahan mendatang hanya memprioritaskan dua kebijakan. Pertama soal perekonomian. Sedangkan sisanya adalah mengembalikan fungsi lembaga-lembaga negara yang selama ini dicecar berbagai pertanyaan oleh masyarakat sipil dan oposisi.
Persoalan ekonomi, kata dia adalah termasuk mengenai jawaban Italia atas keanggotaan di Uni Eropa. Letta menyiratkan negaranya tidak akan hengkang dari blok ekonomi Benua Biru itu. Hanya saja, dia mengingatkan perlunya menyaring keuangan Uni Eropa untuk pertumbuhan dan investasi.
Kebuntuan politik di Italia terjadi lantaran komposisi suara partai di Majelis Rendah yang seimbang. Partai sayap kanan, dan kiri punya persentase kursi seimbang di parlemen. Walau unggul tipis dari PDL, namun masih menempatkan PD sebagai partai pemenang pemilu. Sementara itu, partai tengah menjadi partai kuda hitam untuk menentukan regenerasi kepemimpinan. Tapi pinangan tersebut gagal. Kelompok menengah yang dimotori Gerakan Perubahan anti-Kemapanan (M-5S) pimpinan politikus nyentrik Beppe Grillo memilih menjadi oposan.
Presiden Giorgia Napolitano mengatakan, bergabungnya kelompok kiri dan kanan adalah pilihan akhir. Menurutnya koalisi ini adalah tidak terduga. ''Ini adalah satu-satunya jalan untuk mengisi pemerintahan,'' kata dia, seperti dikutip Reuters, Ahad (28/4).
Napolatino yang juga berasal dari PD, dan baru terpilih pekan lalu, berharap koalisi kali ini tidak mengundang kegaduhan yang ekstrim. ''Kita semua punya harapan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik tanpa prasangka atau apapun yang negatif,'' ujar dia.
Akan tetapi, bersatunya partai yang berseberangan ini tidak otomatis membuat komposisi di kabinet di dominasi oleh orang-orang partai. Letta memilih langkah populer dengan menunjuk para akedemisi dan teknokrat di luar partai untuk menduduki pos-pos kementerian.
Berlusconi yang saat masa kampanye menghendaki untuk menghidupkan kembali kejayaan partai kanan, tidak mendapatkan peran strategis. PDL menegirim orang dekat Berlusconi di PDL, Angelino Alfano sebagai wakil perdana menteri menemai Letta sampai tujuh tahun mendatang. Alfano juga merangkap sebagai menteri dalam urusan dalam negeri.
Koalisi ini juga menuntut tagihan tinggi dari PDL untuk menempatkan kadernya di institusi keuangan tertinggi Italia. PDL mendesak PD, meletakkan Fabrizo Saccomanni sebagai Presiden Bank Sentral Italia dan menteri keuangan. Nama terakhir juga adalah 'kaki tangan' Berlusconi.
Oposisi mengatakan, bergabungnya dua partai tua tersebut adalah wujud masih kuatnya cengkraman politikus culas di Roma. Kata dia, Letta telah menggabungkan antara kepentingan negara dengan kengototan Berlusconi untuk tetap berkuasa.
Menurutnya bergabungnya orang-orang dekat Berlusconi sama saja dengan menempatkan bekas orang nomor satu itu ke pucuk pimpinan. ''Ini adalah koalisi porno dan diantara duri-duri,'' ujar Grillo.