REPUBLIKA.CO.ID, F Silaban bukan satu-satunya arsitek yang melintas keyakinan saat merancang dan mendirikan Masjid Istiqlal, bangunan megah yang masih kokoh berdiri dan terus dikagumi.
Seorang pria asal Armenia yang kini tinggal di Turki, Kevork Özkaragöz juga dikenal karena desain-desainnya yang monumental dan mengusung tema berbagai agama. Arsitek itu mengaku bahagia bisa membagi desainnya dengan umat dari bermacam keyakinan.
Setiap kali ia terlibat dalam proyek, Kevork akan berbagi pandangan dengan umat yang menjadi 'kliennya'. Ia mengaku selalu menjadikan opini umat tersebut sebagai acuan dalam desain.
Berbicara kepada Hurriyet Daily News, (11/5) mengenai proyek-proyeknya, Kevrok menyatakan menggemari kepala arsitek era Kekaisaran Utsmani, Mimar Sinan. "Dialah yang menginspirasi saya mengasah ketajaman," ungkapnya.
"Selama periode Ustmani, tidak ada tradisi yang menjadi acuan utama baik bangunan etnis atau agama. Situasi semacam itu tidak pernah terlihat dalam bentuk seni atau arsitektur belahan dunia mana pun," ujar Kevrok.
"Juga, ketika Keluarga Balyan (sebuah dinasti di Armenia yang melahirkan arsitek-arsitek ternama di era Ustmani) bertanggung jawab, mereka tidak mengedepankan identitasnya," ungkapnya.
"Sebagai arsitek kami tidak pernah melekatkan kepentingan khusus terhadap struktur religius dalam proyek-proyek kami. Setiap proyek memiliki sisi sakralnya sendiri sebagai struktur yang mewakili komunitas kota," ujarnya.
Meski ia mengakui bangunan sebagai tempat badah atau monumen keagamaan membutuhkan kosentrasi dan upaya lebih. "Ini karena ada fitur-fitur khas yang dimiliki setiap keyakinan dan tak boleh absen." ujarnya
Beberapa bangunan yang didirikan oleh Özkaragöz dalam beberapa tahun terakhir di antaranya yakni Mahmut Şevket Paşa Hacı Bektaş Cemevi, sebuah rumah ibadah sufi aliran Alevi di sebuah distrik di Istanbul, Masjid Plevne di Balikesir, Turki dan sebuah kapel di Malatya, Armenia yang kini masih tahap konstruksi.
Tahun lalu, kapel tersebut--yang terletak disebuah pemakaman bersejarah di Malaytya--dihancurkan oleh petugaas kota. Penghancuran itu langsung memicu perdebatan di masyarakat. Mendapat desakan masyarakat, pemerintah membangun ulang kapel itu dan menyatakan petugas kota telah 'salah memahami perintah'.
"Saat mendesain Cemevi, saya memperoleh masukan dari warga-warga senior di komunitas Alevi. Saya juga mendapat data mengenai budaya dan keyakinan Alevi dari sejumlah kajian. Kemudian saat mendesain masjid, saya mencoba memahami apa fungsi masjid itu ke depan. Saya mengobrol bersama para Imam," tutr Özkaragöz.
"Saya mengamati masjid-masjid di Istanbul dari prespektif seorang perancang. Saya menyegarkan pengetahuan saya mengenai masjid dengan memeriksa tahapan-tahapan dalam konstruksi dan perkembangan arsitektur masjid di buku-buku sejarah. Saya juga memeriksa Vedat Dalokay, Masjid Islamabad Mosque dan Masjid Behruz Çinici TCMM yang dibangun di periode Republik," ungkapnya.
"Eksistensi, ketiadaan, dan cinta terhadap Tuhan adalah bentuk dasar setiap agama, yang kemudian berpusat kepada manusia," ujarnya. Özkaragóz percaya setiap keyakinan memiliki cara ibadah dan kebutuhan yang berbeda.
"Hal-hal itulah yang mendasari dan mengembangkan desain saya, membawa semua perbedaan sekaligus latar budaya yang saya miliki. Saya sangat bahagia ketika sebuah bangunan religius akhirnya berdiri dan orang-orang beribadah dengan tenang di dalamnya."