REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Tim PSPS Pekanbaru, Riau, terpuruk di jurang degradasi setelah menduduki peringkat ke-18 kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2012/2013 di bawah Persidafon, Sorong, Papua Barat, dan Persita Tangerang, Banten.
"Kami berupaya untuk menghindar dari jurang degradasi meski saat ini terpuruk di papan bawah klasemen sementara," kata pelatih PSPS Afrizal Tanjung di Pekanbaru, Jumat.
Dia mengatakan, bahwa tim asuhannya sulit untuk menghindari ancaman degradasi karena banyak faktor dan yang paling utama akibat manajemen mengalami kendala keuangan.
Sejumlah pemain inti telah hengkang ke tim lain karena gaji mereka belum dibayar dalam beberapa bulan selama kompetisi ISL 2012-2013.
Berbagai upaya dilakukan pihak manejemen tim untuk mengaet sponsur, tapi hingga saat ini belum ada satupun pengusaha yang bersedia mengucurkan dana untuk membiayai kesebelasan tersebut.
Padahal berbagai perusahaan besar termasuk bidang pertambangan dengan skala internasional menanamkan modalnya di Provinsi Riau, tapi belum juga mau menyumbang menjadi sponsor.
Akibat tanpa sponsor itu, maka para pemain asing PSPS akhirnya pindah ke tim lain karena dianggap lebih menjanjikan menyangkut keuangan.
Menurut dia, sejumlah pemain muda yang sebelumnya memperkuat Riau pada PON XVIII/2012 selalu dipertahankan karena dianggap memiliki loyalitas tinggi. Bahkan dari 19 kali bertanding, maka PSPS hanya mampu mendulang sebanyak 14 poin dengan rincian tiga kali menang, lima kali imbang dan 11 kali tumbang.
Sebelumnya, PSPS juga sempat pindah markas dari Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, ke Stadion Tuanku Tambusai di Bangkinang, Kabupaten Kampar, sekitar 60 km arah Barat Pekanbaru.
Bahkan Bupati Kampar, Jefry Noor sempat memberikan suntikan dana sekitar Rp900 juta, tapi tidak mampu membangkitkan gairah tim untuk menapak ke tangga papan tengah klasemen.
Dalam putaran kedua ISL, maka PSPS harus menelan pil pahit di kandang sendiri setelah ditumbangkan Persiba, Balikpapan dengan skor 1-2 dan Barito Putra dengan skor 1-3.