Selasa 18 Jun 2013 15:46 WIB

Takaful Resmikan Kantor Pemasaran Mandiri di Bogor

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi Takaful, ilustrasi
Foto: Irianto/Republika
Asuransi Takaful, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- PT Asuransi Takaful Keluarga (Takaful) meresmikan kantor pemasaran mandiri di Dramaga Bogor. Kantor ini merupakan yang ketujuh di Bogor dan ke 54 secara total keseluruhan.

Direktur Utama PT Asuransi Takaful Keluarga, Trihadi Deritanto mengatakan konsep kantor pemasaran mandiri dibentuk agar dapat menjadi lebih dekat dengan masyarakat. "Ekonomi Islam akan berkembang jika kita dekat dengan masyarakat," ucapnya di Gedung Al-Amin, Bogor, Selasa (18/6).

Standard kantor pemasaran mandiri Takaful harus memiliki ruang tamu, tempat shalat dan pelatihan tranning. Takaful menargetkan hingga akhir Juni dapat memiliki 60 kantor pemasaran mandiri dan minimal 70 kantor pemasaran mandiri pada akhir 2013. Sementara untuk griya (kantor pemasaran yang lebih kecil dari kantor pemasaran mandiri), Takaful menargetkan jumlahnya mencapai 40 unit hingga akhir Desember.

Aset Takaful hingga Desember 2012 Rp 1 triliun. Per Desember 2012, Takaful berhasil mengumpulkan premi Rp 400 miliar dari sekitar Rp 300 miliar di tahun sebelumnya. "Mudah-mudahan impian kami menjadi role model bisnis asuransi syariah di Indonesia bisa terwujud," kata Trihadi.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Herry Suhardiyanto mengatakan perlu konsistensi jika ingin mengelola ekonomi syariah. "Kita tidak boleh kenal lelah mengembangkan ekonomi syariah," ujarnya.

Menurutnya, sudah tidak ada alasan darurat sehingga masyarakat tidak menggunakan lembaga keuangan syariah. Pasalnya kini sudah banyak layanan keuangan berbasis syariah. Bahkan kini IPB sudah memiliki program studi Sarjana (S1) Ekonomi Syariah Sarjana.

Ide mengembangkan program studi Ekonomi Syariah berawal dari praktik pengelolaan lahan pertanian dengan sistem bagi hasil. Sejak saat itu, ekonomi syariah masuk dalam domain IPB. "Perekonomian Islam memastikan tumbuhnya keadilan," ucap Herry. 

Tanpa ekonomi Islam, sistem kapitalistik akan diagung-agungkan sebagai modal penentu kebijakan yang akhirnya menjerumuskan bangsa. Untuk itulah ekonomi syariah sangat penting dikembangkan.

Herry menyebut terdapat tantangan dalam mengembangkan ekonomi syariah, diantaranya membangun umat. "Layaknya bangunan, upaya membangun umat perlu pondasi kokoh yakni para ulama, guru dan ahli ekonomi Islam," ucapnya.

Para pelaku industri dapat mengembangkan pemikiran baru mengenai perekonomian Islam. "Mudah-mudahan dari sana bisa jadi model bisnis baru," ujar Herry.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement