REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT--Pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013, resmi menaikkan harga jual bensin (gasoline) Ron 88 dan minyak solar (gas oil) terhitung sejak 22 Juni 2013 pukul 00.00 WIB. Saat ini harga jual bensin menjadi Rp 6.500 per liter, sedangkan harga jual solar menjadi Rp 5.500 per liter.
Bagi sebagian warga kenaikan itu menganggetkan. Terlihat dari antrian panjang di beberapa Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) menjelang detik-detik kenaikan harga BBM.
Berbeda dengan Warno (58 tahun). Pria paruh baya yang berprofesi sebagai tukang ojek di Jalan Legoso Ciputat ini merasa kenaikan harga BBM sebagai hal yang wajar.
"Yah mas, naik cuman dua ribu aja kok heboh. Biasa aja sih kalau saya menyikapinya. Lebih parahan kalau pas mudik mas. Sepanjang jalur pantura itu kalau jual bensin eceran, per liternya bisa sampai Rp 20 ribu. Jadi naik kayak gini sih biasa aja," ujar Warno saat berbincang dengan Republika, Sabtu (22/6) di pangkalannya. Dia mengatakan, hanya akan menaikkan sedikit ongkos ojek.
"Sekarang kalau biasanya ongkos lima ribu jadi naik enam ribu. Naikin seribu aja mas," tuturnya. Alasannya, apabila menaikkan tarif terlalu tinggi ditakutkan pelanggan akan protes.
"Tidak terlalu memberatkan harga BBM naik seperti sekarang ini. Asalkan bantuan untuk rakyat miskin benar-benar tersalurkan," ungkapnya.
Ungkapan senada dikatakan Slamet (56 tahun). Dia sangat setuju BBM dinaikkan. "Tidak apa-apa mas kalau pun harga BBM dinaikkan, yang penting bantuan yang dijanjikan pemerintah untuk rakyat miskin dipastikan tersalurkan," ungkapnya.
Dia berharap dana bantuan ini jangan jadi permainan oknum pejabat pemerintahan. "Takutnya tar malah duitnya ngalir ke kantong pejabat lagi mas."