REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Pertemuan Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan serangkaian pertemuan terkait dengan menteri luar negeri mitra rembuk dan negara terkait dimulai di Brunei pada Minggu.
Pertemuan tersebut dimulai pada Minggu pagi, dengan komunike bersama diperkirakan dihasilkan pada akhir kegiatan itu.
"Saya pikir hal utama akan, pertama, apa yang pemimpin kita minta untuk melakukan di pertemuan puncak pemimpin terakhir (April), dan kedua, untuk menemukan cara-cara memperkuat keseluruhan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini," kata Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Brunei Pangeran Mohamed Bolkiah dalam sambutannya.
Topik diskusi diharapkan termasuk yang terkait dengan Peta-jalan untuk komunitas ASEAN, arah masa depan
ASEAN dan hubungan eksternal ASEAN, menurut sekretariat ASEAN.
"Kami sedang bekerja pada upaya untuk membangun, masyarakat yang dinamis dan berkelanjutan tangguh pada tahun 2015 dan potensi untuk memperkuat koordinasi serta kolaborasi antara ASEAN dan mitra dialog dalam bekerja menuju saling pengertian, dialog politik dan kerja sama yang baik," kata Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luong Minh sebelumnya.
Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN akan diikuti oleh Konferensi Pasca-Menteri, Forum Regional ASEAN ke20 dan Pertemuan Ketiga KTT Menteri Luar Negeri Asia Timur.
Pertemuan diharapkan menjadi platform untuk diskusi yang melibatkan para menteri luar negeri ASEAN serta para menteri luar negeri dari negara-negara besar, termasuk Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Mereka juga diharapkan melakukan pertemuan dwipihak dan multilateral di sela-sela pertemuan.
Sebagian besar pertemuan akan ada sesi tertutup, tetapi laporan dapat diharapkan. Berbagai macam topik diharapkan akan dihadiri oleh para menteri luar negeri dalam diskusi mereka, seperti integrasi regional dan kerja sama, keamanan regional, pengelolaan sengketa maritim serta asap lintas batas. Mereka mungkin juga menyinggung pada situasi di Suriah dan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
"Forum Regional ASEAN adalah salah satu forum di mana semua negara peserta bisa duduk di sekitar meja," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa kepada wartawan pada Sabtu.
Pangeran Mohamed Bolkiah mengatakan pada Minggu bahwa para tokoh pendiri ASEAN berpendapat "gagasan regionalisme sebagai jalan ke depan bagi perdamaian dan stabilitas mendapatkan dukungan."
"Saya pikir perhimpunan ini kini memasuki periode baru, dengan meningkatnya minat dari berbagai negara. Ada juga banyak kepentingan internasional dalam apa yang kita lakukan," katanya.
Sepuluh anggota ASEAN beranggotakan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Jumlah negara dialognya telah berkembang, dengan dua terakhir ditambah dengan Uni Eropa dan Kanada.
Pangeran juga mengatakan ia berharap bahwa para menteri luar negeri ASEAN akan "memperjuangkan ide sentralitas ASEAN."
Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN di Phnom Penh tahun lalu gagal menghasilkan komunike bersama karena Filipina mencoba untuk mendorong isi pada sengketa teritorial dengan China di Laut China Selatan untuk dimasukkan dalam komunike.
Para pemimpin ASEAN sejak menyerukan sentralitas ASEAN dalam kerja sama regional harus dihormati.
"Mari kita berharap kali ini kita akan melakukan pertemuan lebih tenang daripada yang kita lakukan tahun lalu, dan saya tidak pesimis," kata Marty.
sumber : Antara