Senin 01 Jul 2013 21:58 WIB

Kuasa Hukum Direktur Indoguna: Tak Ada Bukti Uang Atas Permintaan LHI

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Mansyur Faqih
Denny Kailimang
Denny Kailimang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua Direktur PT Indoguna Utama, Arya Abdi Effendy dan Juard Effendi divonis dua tahun tiga bulan penjara. Keduanya dinilai memberikan uang senilai Rp 1,3 miliar kepada Luthfi Hasan Ishaaq melalui Ahmad Fathanah terkait pengurusan penambahan kuota impor daging sapi di Kementan.

Penasihat hukum kedua terdakwa, Denny Kailimang mengatakan, memang ada pemberian uang senilai Rp 1,3 miliar. Uang itu, menurut dia, diberikan PT Indoguna atas permintaan Fathanah. Namun, ia mengatakan, majelis hakim mengaitkan permintaan uang itu dengan Luthfi yang saat itu menjabat sebagai anggota DPR dan juga Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Tidak ada bukti permintaan uang itu dari Luthfi untuk pengurusan kuota," kata dia, seusai persidangan di Pengadilan Tipikir Jakarta, Senin (1/7). 

Menurut Denny, majelis hakim memang lebih menitikberatkan pada penentuan posisi Luthfi dalam sidang putusan kedua kliennya. Ia mengatakan, majelis hakim harus membuktikan peran Luthfi sebagai penyelenggara negara berperan dalam kasus ini.

Karena, menurut dia, apabila pembicaraan berhenti pada Fathanah, maka tak akan ada perkara. "Majelis hakim berusaha sedemikan rupa kedudukan LHI (Luthfi Hasan Ishaaq) supaya terjerat dalam perbuatan AF (Ahmad Fathanah)," ujar dia.

Arya dan Juard diputuskan bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama. Keduanya melanggar melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a UU Tindak Pidana Korupsi junto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Selain pidana penjara, keduanya juga masing-masing harus membayar denda Rp 150 juta subsidair tiga bulan kurungan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement