REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj meminta agar kiai NU tidak terjun ke dunia politik semuanya. Harus ada kiai NU yang diam dan tenang di dalam rumah NU.
“Kiai tak usah menjadi tim sukses, belum tentu yang dibela menang. Kiai NU memiliki tugas yang lebih berat yakni mendalami, meningkatkan, dan memperluas pemahaman agama agar agama tidak tinggal nama. Jangan sampai jenggot dan jidatnya saja yang hitam, tapi tidak ada pelaksanaan agama dengan baik,” katanya dalam acara Munas IKA-PMII ke 5 di Jakarta, Senin, (1/7).
Meskipun pemahaman agama para kiai di Tanah Air masih lebih rendah dari pada pemahaman agama para syeikh di Timur Tengah, namun peran kiai di Indonesia dalam pemerintahan cukup besar. “Suara kiai didengar oleh pemerintah, buktinya saat terjadi demo besar-besaran utusan dari istana selalu datang ke NU, meminta saya tidak berpergian dulu, “kata Said.
Para kiai, ujar Said, memiliki peran dalam memberi bimbingan, pendidikan, dan nasehat agar pemerintah menjalankan negara sesuai dengan suara kebenaran. “Inilah yang harus selalu dijaga NU,” ujarnya. Meskipun kiai atau ulama di Timur Tengah ilmu agamanya mumpuni. “Namuh kiprah mereka dalam pemerintahan nol besar,” kata Said.
Mereka, kata Said, biasa membuat berbagai buku usul fikih berjilid-jilid. Namun tidak bisa memberikan pengarahan kepada pemerintah. “Suaranya kosong, berbeda dengan kiai Tanah Air yang suka menyikapi dan mengawasi kebijakan pemerintah,” katanya. Sebenarnya, kata Said, peran kiai di sini sudah luar biasa. Namun mereka hanya perlu lebih mendalami ilmu agama.