Kamis 04 Jul 2013 17:09 WIB

Terapi Tulang Sumsum Bantu Dua Pasien Bebas HIV

Red:
Tulang Sumsum
Tulang Sumsum

NEW YORK -- Para dokter Amerika menyatakan dua pasien nampaknya bebas dari virus HIV, setelah melakukan transplantasi sel induk tulang sumsum untuk mengobati kanker.

Kedua pasien itu telah menjalani terapi obat jangka panjang untuk mengontrol HIV di Boston. Keduanya menjalani transplantasi sel induk setelah terkena lymphoma, sejenis kanker darah. 

Timothy Henrich dari Fakultas Kedokteran Harvard mengatakan, dokter tidak bisa menemukan bukti bahwa kedua pria tersebut terinfeksi HIV setelah transplantasi dilakukan.

Dr Henrich, yang mengumumkan penemuan itu pada konferensi internasional masyarakat AIDS di Kuala Lumpur, mengatakan terlalu dini untuk menyatakan dengan pasti bahwa kedua pria itu benar-benar bebas HIV.

Namun, ia melaporkan bahwa satu pasien saat ini telah berhenti menjalani perawatan obat antiretroviral selama 15 minggu.

Dr Henrich pertama kali melaporkan bahwa virus HIV tidak dapat terdeteksi dalam darah mereka, setelah kedua pria itu melewati transplansi sel induk tulang sumsum mereka. 

Namun pada waktu itu, mereka masih minum obat untuk menekan virus HIV.

"Dr Henrich berhasil memasuki babak baru dalam penelitian eradikasi HIV," kata Kevin Robert Frost, CEO Yayasan Penelitian AIDS, yang mendanai penelitian tersebut.

Penemuan itu memberikan harapan bagi penyembuhan infeksi virus HIV, yang telah menjangkit 34 juta orang di seluruh dunia, namun para pakar memperingatkan untuk tidak terlalu berharap hingga penelitian lebih lanjut dilakukan.

Pasien Berlin

Terapi sel induk tidak dapat digunakan secara luas, karena sangat mahal, namun beberapa kasus terbaru memberikan alternatif untuk memerangi penyakit itu. 

Contohnya Timothy Ray Brown, yang dikenal sebagai "Pasien Berlin", yang menjadi orang pertama yang berhasil disembuhkan dari virus HIV setelah menerima transplansi tulang sumsum untuk leukaemia pada tahun 2007. 

Tapi ada beberapa perbedaan antara kasus-kasus tersebut.

Dokter yang menangani Brown menggunakan sel induk dari seorang donor dengan mutasi genetik langka, dikenal sebagai CCR5 delta 32, yang membuatnya kebal dengan virus HIV, sementara kedua pria di Boston menerima sel induk tanpa mutasi itu. 

Penelitian sains sejak HIV pertama kali ditemukan lebih dari 30 tahun lalu, sudah sangat maju dan itu berarti virus itu tidak lagi mematikan. Pengobatan antiretroviral AIDS bisa mengontrol virus itu selama puluhan dasawarsa. 

Namun kebanyakan orang tidak mendapatkan terapi dini, sehingga  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pengobatan lebih cepat setelah tes pasien dinyatakan positif. 

Pada saat yang sama, para ilmuwan Australia mengatakan mereka optimis telah menemukan cara bagi jutaan orang penderita HIV untuk mendapatkan obat antiretroviral itu.

Mereka menemukan bahwa dengan dosis lebih rendah tapi dikonsumsi setiap hari, juga sama efektifnya dan jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan sekarang.

ABC/Reuters

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement