Kamis 04 Jul 2013 16:33 WIB

Hatta Kecewa Masalah Dwelling Time di Tanjung Priok Belum Tuntas

Red: Nidia Zuraya
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa kecewa masalah waktu tunggu bongkar muat kapal (dwelling time) belum terselesaikan, sehingga menyebabkan banyak kontainer yang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok.

"Saya sangat kecewa terhadap dwelling time yang terus meningkat, padahal dalam rakor saya jelaskan, dwelling time akan turun menjadi empat hari, kenyataannya bukan turun malah naik," katanya di Jakarta, Kamis (4/7). Saat ini pelayanan dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok masih berlangsung selama 8,7 hari, dan kondisi tersebut menyebabkan peningkatan beban biaya logistik.

Hatta mengatakan akan meminta laporan dari otoritas terkait di kawasan pelabuhan dan para pengusaha, untuk mencari penyebab utama lamanya waktu bongkar muat kapal yang bisa mencapai seminggu. "Saya akan dengar laporan dari pihak pengusaha, bea cukai, dan pelindo, mencari tahu apa yang terjadi. Saya sudah dapat laporan dari pelindo bahwa ini menimbulkan persoalan adanya penumpukan kontainer, ini tidak sehat," ujarnya.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah serius membenahi dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk mengatasi beban biaya logistik. "Kadin meminta pemerintah lebih serius dalam membenahi masalah dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok agar dapat lebih ditekan menjadi tiga hari dari kondisi saat ini yang mencapai rata-rata 8,7 hari," kata Ketua Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kadin Irwan Ardi Hasman.