REPUBLIKA.CO.ID, Kesuksesan militer Mesir melengserkan Presiden Muhammad Mursi oleh militer tentu menjadi sorotan dunia. Berbagai negara dan kelompok internasional punya reaksi beragam melihat kedigdayaan militer Mesir.
Sebagain mendukung manuver politik Panglima Militer dan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi tersebut. Sebaliknya, beberapa negara lainnya menolak penjungkalan presiden sokongan Ikhwanul Muslimin dan Salafis itu.
Di sisi lain, beberapa negera atau kelompok negara lainnya memilih mencari jalan 'aman' menanggapi situasi terkini pascaperalihan kekuasaan di Ibu Kota Kairo.
Keheranan mungkin muncul dari Arab Saudi. Raja Saudi Abdullah selama ini terkenal anti terhadap semua aliansi politik dalam negeri untuk reformasi. Namun, negara monarki ini justru mengirimkan dukungan dan ucapan selamat atas suksesi militer tersebut.
Ungkapan dukungan juga dilayangkan Negara Teluk lainnya. Pun, Presiden Bashar al-Assad dalam komentar resminya setuju dengan kudeta militer di Mesir. Menurutnya, Mursi adalah simbol politik Islam yang sudah usang.
''Apa yang terjadi di Mesir adalah jatuhnya politik Islam,'' kata dia. Assad menambahkan, ''Siapa pun yang menjadikan agama untuk kepentingan politik akan mengalami nasib serupa.''
Sebaliknya, pemerintah Inggris menyatakan situasi berbahaya di Mesir. Masih kuatnya peran militer di konstalasi politik membuat Inggris tidak setuju atas penggulingan Mursi.
''Kami tidak mundukung penggunaan intervensi militer dalam persoalan berdemokrasi dan dan sengketa politik,'' ujar Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.