Kamis 04 Jul 2013 23:00 WIB

PDAM Surabaya Tuding Warga Curi Air Via Mesin Pompa

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Djibril Muhammad
Petugas memeriksa delapan buah filter air di sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Petugas memeriksa delapan buah filter air di sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PDAM Surabaya mengklaim air sumur di sekitar wilayah kota dianggap tidak layak untuk dipakai. Kalaupun ada masyarakat yang menggunakan pompa memenuhi kebutuhan airnya, diduga menyedot dari saluran pipa perusahaan tersebut.

Manajer Humas PDAM Surabaya, Mochammad Iqbal Alattas mengatakan, sebagian besar kasus yang ditemukan adalah pencurian air menggunakan mesin pompa. Menurut dia, hal itu pula yang menyebabkan volume air di satu wilayah relatif kecil.

"Karen saya berani jamin, air sumur Surabaya itu bau dan kekuningan," kata Iqbal kepada Republika, Kamis (4/7).

Dia menyebutkan, salah satu alasan banyaknya pelanggan PDAM yaitu, mencapai 89 persen dari jumlah penduduk Surabaya, karena kondisi air tanahnya buruk. Tercatat hingga Juli 2013, pengguna air PDAM sebanyak 496 ribu pelanggan.

Menurut dia, kalau memang banyak masyarakat yang mengeluhkan volume air PDAM, harus mewaspadai tetangga sekitarnnya.

Sebab, besar kemungkinan, kata Iqbal, ada satu pelanggan yang menyedot langsung dari saluran pipa tersier perumahan, sehingga pembagiannya warga sekitar tidak merata. "Kami akan melakukan sweeping kalau ada laporan tersebut," ujarnya.

Dia juga menambahkan, pihaknya sangat membuka akses pengaduan masyarakat melalui berbagai fasilitas di antaranya media sosial, SMS, telepon atau langsung datang ke kantor PDAM Surabaya. Dengan begitu, permasalahan yang diinformasikan menjadi lebih jelas.

Menurut dia, hampir setiap hari petugas tim penertiban selalu memantau potensi pencurian air. Dalam satu bulan, dia mengatakan, selalu ditemukan kasus yang mengakibatkan kerugian hingga miliyaran rupiah. "Selain sweeping, kami juga sudah menerapkan standar meter wilayah (district meter)," kata Iqbal.

Dengan begitu, pihaknya juga bisa membandingkan tingkat penjualan air dan pemakaian yang tidak seimbang. Dia juga membantah bila pembagian air tiap-tiap wilayah dinilai tidak merata. Alasannya, kontur permukaan tanah berbeda, sehingga ada selisih tekanan air.

Dia menyatakan, kalaupun ditemukan laporan semacam itu, maka pihaknya sudah menyiapkan berbagai strategi antisipasi. Salah satunya yakni, menggunakan pompa untuk menarik air atau menyambung saluran dari pipa premier PDAM. "Jadi ada bantuan tambahan air dari pompa atau sambungan tersebut," ujarnya.

Iqbal mengatakan, saat ini PDAM memberikan fasilitas potongan harga 50 persen bagi warga yang ingin mendaftrakan dirinya sebagai pelanggan PDAM. Menurutnya, penetapan tarif PDAM juga relatif murah yaitu Rp 350 per meter kubik. Dia mengatakan, angka tersebut di bawah harga pokok produksi.

Dia menekankan, tidak ada perbedaan pembagian air terhadap pengguna di kawasan perkampungan dan perkotaan. Kemudian, untuk daerah sengketa yang kepemilikan tanahnya masih dipertanyakan, kata dia, ada program penyaluran pipa secara kolektif melalui lembaga swadaya masyarakat.

"Sekarang ada sembilan titik daerah menggunakan meter kolektif," ujar Iqbal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement