REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menolak keras stigma Islam adalah teroris. Karena, Islam sangat menghormati tempat ibadah agama apapun dan menganjurkan umatnya bersilaturrahim. Termasuk, menyelenggarakan buka puasa bersama.
"Mana mungkin ada agama yang menganjurkan silaturahim, shalat berjamaah dan buka puasa bersama tetapi menganjurkan terorisme. Tuduhan itu sangat keji, yang datang dari musuh-musuh agama Islam," kata Hidayat saat memberikan sambutan sebagai tuan rumah buka puasa bersama, dengan alim ulama se-Jakarta Selatan. Acara tersebut berlangsung di rumah dinas Wakil Ketua MPR, bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (29/5).
Tahun ini, kata Hidayat, adalah tahun politik. Tahun 2019, adalah tahun politik yang lebih besar. Sudah waktunya umat Islam membuktikan bahwa politik itu bisa menciptakan kebaikan sebagaimana politik Jakarta, yang bisa menghadirkan pemimpin yang baik, bisa memimpin shalat berjamaah, memberikan kultum dan memberi contoh-contoh yang baik.
"Dengan politik kita bisa menghadirkan pemimpin yang pro terhadap masyarakat. Pemimpin yang bisa menghadirkan kebaikan. Tanpa tanda tangan, Alexis bisa bubar dengan sendirinya, sehingga umat Islam tidak perlu melakukan demo menentang kemungkaran," kata Hidayat.
Karena itu, Hidayat berharap umat Islam tidak antipolitik. Sebaliknya, umat Islam harus terlibat dalam politik dan ikut menentukan arah masa depan bangsa melalui keterlibatannya dalam dunia politik.
"Kalau umat Islam bersatu, kita bisa kalahkan pemimpin yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk oleh pengusaha dan media masa. Kalau kita tercerai, maka yang akan mengambil untung adalah kelompok-kelompok kebatinan," ujarnya.