REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk mencatat volume penjualan batubara di sepanjang semester pertama tumbuh 20 persen menjadi 8,81 juta ton dibandingkan dengan penjualan periode yang sama tahun sebelumnya. Sekitar 53 persen dari volume penjualan tersebut merupakan hasil ekspor sisanya untuk memenuhi pasar domestik.
Sekretaris Perusahaan Joko Pramono mengungkapkan dari total penjualan batubara tersebut, sekitar 6,66 juta ton merupakan produksi dari tambang perseroan di Tanjung Enim. Sedangkan sisanya merupakan pembelian batubara dari pihak ketiga. "Pembelian ke pihak ketiga ini naik 92 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya," kata Joko, Jumat (26/7).
Harga jual domestik rata-rata tertimbang emiten berkode PTBA ini rata-rata Rp 611 ribu per ton atau turun 18 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan harga rata-rata ekspor adalah 76 dolar AS per ton atau turun 18,7 persen.
Joko mengungkapkan penurunan harga disebabkan oleh kondisi pasar batubara yang masih mengalami penurunan indens hingga 20 persen. Selain itu juga disebabkan oleh penurunan basis penjualan ke PT Indonesia Power dari CIF ke FOB.
Akibat kondisi ini PTBA membukukan penurunan pendapatan sebesar enam persen di semester pertama 2013, yaitu menjadi Rp 5,43 triliun. Di enam bulan pertama tahun ini perseroan membukukan laba bersih Rp 870 miliar.
Tahun ini PTBA optimistis memenuhi target penjualan 20,68 juta ton. Hal ini didorong oleh peningkatan kapasitas angkutan batubara oleh PT Kereta Api Indonesia, yaitu penambahan armada berupa 230 gerbong dan 44 lokomotif. Di semester pertama realisasi angkutan kereta api dari tambang di Tanjung Enim adalah sebanyak 6,22 juta ton. Sedangkan target angkutan di akhir 2013 adalah sebesar 15,69 juta ton atau naik 31,8 persen.
Tahun ini perseroan juga membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x8 megawatt untuk mendukung operasional pelabuhan. "Saat ini pembangunannya sudah mencapai 82 persen," kata Joko. Diharapkan perseroan dapat mengalihkan pemakaian daya dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ke PLTU milik sendiri.