REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengaku siap untuk "bertarung" dengan tokoh-tokoh lain dalam konvensi yang digelar partai itu sekitar September 2013.
"Tujuan utama saya dalam konvensi bukan untuk mencari kemenangan, tapi ingin bersama-sama memperbaiki bangsa ini. Namun, kalau pun saya yang nantinya menang, itu adalah panggilan sejarah dan tarkdir Tuhan," tegasnya di Malang, Jatim, Senin, seperti dikutip Antara.
Ia mengaku banyak yang mendorong dirinya untuk maju dan bersaing dalam konvensi yang digelar Partai Demokrat, di antaranya adalah para kiai, sejumlah pengusaha besar (konglomerat) serta kalangan akademisi.
Kalau pun dalam konvensi itu nanti dirinya yang terpilih, kata Mubarok, dirinya akan melanjutkan (meneruskan) gaya politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menggunakan "soft power" serta program ekonomi perpaduan antara ekonomi pasar maupun kerakyatan.
Sebab, lanjutnya, dalam perekonomian tidak mungkin hanya mengandalkan ekonomi kerakyatan, karena infrastrukturnya masih belum memungkinkan dan juga tidak mungkin hanya berorientasi pada ekonomi pasar, sebab dikhawatirkan justru akan tergerus oleh arus global.
Oleh karena itu, katanya, dua sistem ekonomi tersebut tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, harus menjadi satu kesatuan yang nantinya mampu memperkuat perekonomian bangsa secara utuh.
Lebih lanjut Mubarok mengakui penyelenggaraan konvensi Partai Demokrat tersebut merupakan kebutuhan realistis, karena partai itu tidak memiliki kader atau pemimpin besar. Dan, pemimpin besar ini biasanya lahir dari revolusi, namun bukan revolusi fisik, melainkan pemikiran yang revolusioner.
Apalagi, katanya, konvensi Partai Demokrat tersebut berbeda dengan partai-partai lain, karena lebih terbuka dan peserta konvensi juga bisa diikuti oleh peserta independen, artinya bukan dari kader Partai Demokrat.
Selain itu, yang menentukan adalah masayrakat luas, bukan hanya dari pengurus DPC, DPD maupun pusat. Sehingga, konvensi tersebut cukup relevan dan sangat memungkinkan memunculkan pemimpin nasional.
Menyinggung jika perolehan suara Partai Demokrat dalam Pemilihan Legislatif 2014 tidak memenuhi syarat untuk mengusung calon presiden (capres) sendiri, sehingga konvensi akan menjadi sia-sia, Mubarok secara tegas mengatakan tidak ada yang sia-sia, sebab ada alternatif koalisi dengan partai politik (parpol) lain dan tetap mengusung pemenang konvensi.
"Itu masih baru kemungkinan dan kami pasti optimistis akan perolehan suara pada Pemilu Legislatif nanti tetap memenuhi syarat mengusung calon sendiri," ucapnya, menandaskan.
Konvensi Partai Demokrat tahap pertama akan dilaksanakan pada September 2013 dan menjaring antara 5-7 peraih suara terbanyak. Untuk menentukan pemenang konvensi rencananya akan digelar setelah pelaksanaan Pemilu Legislatif.
Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, menegaskan, konvensi calon presiden (capres) yang akan digelar Partai Demokrat dinilai bisa membuka peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan nasional. Jeffrie dalah pengamat politik pertama yang menyarankan agar Partai Demokrat menggelar konvensi calon presiden.
''Saat ini, kita mengalami kebuntuan regenerasi politik. Konvensi bisa membuka peluang regenerasi kepemimpinan nasional,'' ujar Jeffrie Geovanie kepada ROL, beberapa waktu lalu.
Ia menilai, sejumlah calon presiden yang sudah bermunculan lebih mewakili politisi dan genarasi masa lalu. Jeffrie menegaskan, banyaknya capres generasi tua, bertentangan dengan perkembangan masyarakat, yang pemilih mayoritas merupakan generasi baru, berumur di bawah lima puluh tahun.
“Capres yang muncul dari partai-partai umumnya bukan berasal dari generasi baru,” ungkapnya. Namun, pendiri The Indonesian Institute itu mengaku bersyukur karena masih ada partai yang akan menggelar konvensi untuk menjaring capres yang akan bertarung di bursa Pilpres 2014.
Jeffrie memperkirakan Partai Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka, tidak membatasi generasi. ''Jadi membuka peluang bagi generasi baru yang merupakan generasi pemilih mayoritas.''
Ia berharap tokoh muda seperti Jokowi, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo, Soetrisno Bachir dan banyak lagi, ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti.
Tokoh-tokoh muda itu, kata dia, akan sulit diakomodasi partai-partai lain untuk jadi calon presiden. ''Jadi Demokrat membuka peluang untuk regenerasi itu.
Jeffrie berharap Partai Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi capres. “Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” tuturnya.
Ia berharap konvensi capres Partai Demokrat tidak seperti konvensi capres yang pernah digelar Golkar pada 2004. ''Karena, menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.''
“Kita tahu bahwa konvensi seperti yang digelar Partai Golkar itu rawan terhadap politik uang. Lebih dari itu hasilnya tidak mencerminkan aspirasi pemilih,” papar Jeffrie.
Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.
Bercermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap yang menentukan calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya.
Kalau cara ini yang dipakai maka Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari partai-partai lain. “Peluang untuk menang Pilpres menjadi lebih terbuka.”