REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian belum mengeluarkan intruksi khusus dalam menyikapi kaburnya narapidana dan tahanan dari Lapas Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara (Sumut) dan Rutan Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Hingga saat ini, polisi masih memilih melakukan pencarian dengan menyebar pasukan di seluruh titik sekitar Sumu dan Kepri.
Langkah tegas seperti ancaman tembak di tempat kepada para napi dan tahanan yang tak mau menyerahkan diri belum menjadi opsi kepolisian. Menurut korps Tri Brata, langkah lebih halus tetap akan mereka gunakan. Hal ini mengingat buruan mereka ini adalah warga binaan yang berada di bawah tanggung jawab lembaga lain.
“Belum demikian (ultimatum tembak di tempat -red) Kami masih tetap maksimalkan kekuatan dari unsur Polri,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Agus Rianto di Jakarta Senin (29/7).
Agus mengatakan, adapun langkah taktis yang Polri tambahkan ialah dengan meminta peran serta masyarakat umum. Khususnya, kata dia, keluarga dari napi dan tahanan yang melarikan diri.
Ia berujar, kepolisian daerah di Sumut, Kepri dan sekitarnya terus bahu-membahu mengumpulkan informasi dari para keluarga buron. Diharapkan, dengan informasi tersebut cukup bagi Polri untuk membaca pergerakan dari napi dan tahanan yang kabur ini.
“Tentunya kerjasama dengan Kementerian terkait (Hukum dan HAM) juga dilakukan untuk tetap memasang pasukan di akses keluar masuk wilayah supaya tidak kabur lebih luas,” ujarnya.
Dua insiden larinya warga binaan terjadi dua kali dalam waktu bersamaan di pertengahan bulan ini. Kerusuhan pecah di Lapas Tanjung Gusta pada Kamis (11/7) hingga 218 napinya kabur. Sedangkan di Batam, Rutan Baloi kehilangan dua belas tahanannya yang melarikan diri pada Ahad (14/7).