Sabtu 17 Aug 2013 20:33 WIB

PDIP Nilai Pidato Kenegaraan SBY Tak Lebih Baik dari Sebelumnya

Rep: Ira Sasmita/ Red: Mansyur Faqih
Tjahjo Kumolo
Tjahjo Kumolo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan menilai pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menyambut HUT ke-68 RI masih belum sesuai dengan realita di lapangan.

"Dari segi konten pidatonya tidak lebih baik dari pidato sebelumnya. Aplikasi di lapangannya belum terlihat," kata Sekjen PDI P Tjahjo Kumolo, Sabtu (17/8).

Tjahjo mencatat beberapa komponen dalam pidato kenegaraan tersebut yang masih belum terlihat di lapangan. Seperti visi dan misi presiden pada 2009-2014 untuk menciptakan Indonesia yang sejahtera dan demokratis serta berkeadilan. "Di mana kesejahteraan rakyat? Realitanya peringkat indeks daya saing global posisi Indonesia terbawah di kawasan regional ASEAN," ujar Tjahjo.

Kemudian, ujarnya, dalam aspek demokrasi kenyataan di lapangan menunjukkan catatan kegagalan Indonesia. Sesuai catatan the failed index, Indonesia dikategorikan dalam posisi warning sebagai negara gagal. Bahkan menurut economist intelegent unit, Indonesia diposisikan dalam kategori flowed democracy

Terwujudnya masyarakat demokratis tidak dibarengi dengan tangung jawab terhadap hak asasi manusia yang bermartabat. Dilihat dari perspektif keadilan, ungkapnya, yang disampaikan SBY bahwa keadilan dinikmati merata oleh masyarakat secara aktif belum terbukti. 

"Realitanya distribusi pendapatan dikuasasi oleh kelompok masyarakat berpendapatan tinggi," papar anggota Komisi I DPR tersebut.

Harusnya, tambah dia, pidato kenegaraan SBY memberikan arahan dan perintah kepada pembantunya untuk segera dan cepat tanggap melaksanakan arahan presiden. Meski hingga saat ini realita di lapangan masih belum terlihat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement