REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memberikan imbauan agar menunda kunjungan ke Mesir, Aksi Cepat Tanggap (ACT) tetap akan mengirimkan relawannya.
Presiden ACT Ahyudin memaparkan pada Republika tentang misi kemanusiaan yang akan tetap dilakukannya. “Insting kemanusiaan kami untuk tergerak membantu sesama tak terbendung lagi,” ujarnya, Ahad (18/8).
Menurutnya, adanya kerusuhan seperti ini, membuat pihaknya terpanggil untuk membuat sebuah misi kemanusiaan dalam membantu sesama manusia.
“Bukan hanya rakyat Mesir yang kami bantu, tapi semua yang membutuhkan bantuan disana,” ujarnya. Bentuk bantuan dan berapa besarnya, menurutnya akan segera diketahui setelah melihat kondisi langsung disana.
Mesir, menurutnya punya nilai historis yang dekat dengan Indonesia. Seeprti diketahui, Mesir termasuk salah satu negara yang pertama mengakui kedaulatan Kemerdekaan RI tahun 1945 dulu.
Menanggapi pernyataan pembatasan kunjungan ke Mesir oleh Kementerian Luar Negeri, ia menanggapinya secara positif. “Sebagai seorang menteri, yang memang sudah kewajibannya mengeluarkan pernyataan seperti itu,” katanya. Namun, hal tersebut tak membuat misi yang direncanakannya ini batal.
Pihaknya akan mengirimkan tiga orang relawan ke Mesir. Rombongan ini akan berangkat nanti malam pukul 19.00 WIB. Belasan jam kemudian, rombongan akan tiba di Abu Dhabi kemudian meneruskan perjalanan ke Mesir. “KBRI di Mesir welcome dengan misi yang akan kami lakukan,” ujarnya.
Sedangkan kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia, menurutnya ACT telah memberikan surat pemberitahuan tentang misi pengiriman relawan ke Mesir ini. Meski hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan apapun dari Kemenlu.
Rencananya, akan ada rombongan-rombongan lain yang akan menyusul rombongan relawan pertama ini. “Tinggal menunggu pengurusan visa, nanti akan ada rombongan yang menyusul,” katanya. Ia belum tahu berapa jumlah akhir dan akan berapa kloter rombongan relawan yang akan dikirimkan di Mesir.