Kamis 22 Aug 2013 17:10 WIB

Madrasah di Pakistan Masuk Daftar Hitam, Kenapa?

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Citra Listya Rini
Bocah-bocah Pakistan ini tengah belajar menghapal Alquran di sebuah madrasah di Islamabad.
Foto: Reuters/Rebecca Conway
Bocah-bocah Pakistan ini tengah belajar menghapal Alquran di sebuah madrasah di Islamabad.

REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) memasukkan nama sebuah madrasah di Pakistan dalam daftar Hitam. Departemen Keuangan, dilansir dari BBC, juga memberlakukan sanksi ekonomi pada sekolah yang mereka gambarkan sebagai pusat pelatihan teroris.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Keuangan menyatakan Madrasah Ganj, di Peshawar, telah digunakan sebagai tempat perekrutan dan pelatihan dasar bagi teroris. Madrasah ini juga dituduh sebagai sekolah yang mendukung Taliban dan Alqaidah.

Karena itu, Departemen Keuangan membekukan aset madrasah jika berada di bawah yuridiksi AS. Selain itu, warga AS juga dilarang melakukan interaksi bisnis dengan madrasah itu. 

''Berfungsi sebagai pusat pelatihan teroris dengan kedok studi agama, telah melakukan kegiatan teroris dan pemberontakan,'' sebut pernyataan Depkeu AS, Rabu (21/8). 

Bahkan, berdasarkan pernyataan tersebut, siswa juga dilatih untuk membuat bom dan menjadi pelaku bom bunuh diri. Departemen Keuangan AS menyebutkan pemberlakuan sanksi ini adalah untuk pertama kalinya menyasar pada sebuah sekolah atau madrasah.

Namun, sanksi ini harus dilakukan karena madrasah telah digunakan kelompok radikal Lashkar e Taiba. Kelompok ini dituduh menjadi dalang dari serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan 166 orang.

Selain itu, AS juga telah memasukkan kepala Madrasah, Fazeel A Tul Syekh Abu Muhammad Amin Al Peshawari, dalam daftar teroris sejak 2009. 

Hal ini karena pra yang juga dikenal sebagai Syekh Aminullah ini mendukung gerakan Taliban dan Alqaidah. Hanya saja, Departemen Keuangan AS menggaris bawahi bahwa tindakan ini tak menargetkan seluruh madrasah. 

Siswa dan guru di madrasah membantah tuduhan pemerintah AS. Apalagi, dilansir dari Reuters, mereka tak diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu.

Pendiri madrasah ini, Haji Alam Sher, membantah tuduhan itu seraya mengatakan Syekh Aminullah hanyalah seorang pemimpin doa biasa. Lagipula, Syekh Aminullah sudah pergi semenjak delapan bulan lalu dari madrasah. 

''Saya sendiri mengutuk pelaku terorisme dan tak mendukung serangan bom bunuh diri,'' tutur dia kepada Reuters, Kamis (22/8).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement