Senin 26 Aug 2013 17:40 WIB

Afghanistan-Pakistan Bahas Perundingan Damai

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/M Iqbal/ Red: Dewi Mardiani
Hamid Karzai
Foto: CNN
Hamid Karzai

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden Afghanistan, Hamid Karzai memulai kembali pembicaraan dengan Pemerintah Pakistan. Pembicaraan kedua negara bertetangga yang memiliki hubungan panas ini terkait perundingan damai dengan Pakistan.

Hamid Karzai, yang didampingi Menteri Luar Negeri Zalmay Rasul dan Ketua Dewan Perdamaian Salahuddin Rabbani ini direncanakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Pembicaraan kedua pemimpin negara ini akan menjadi pertemuan pertama semenjak Nawaz Sharif memimpin Pakistan Juni lalu.

Selama ini Pakistan dipandang sebagai kunci proses perundingan damai dengan Taliban. Pakistan selama ini dinilai memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan Taliban. Hanya, hubungan antara Afghanistan dan Pakistan seringkali bermasalah dan penuh dengan kecurigaan.

Pemerintah Kabul berulang kali menuduh Islamabad, tepatnya kepada intelijen Pakistan memberi perlindungan bagi para gerilyawan itu. Karzai, Sabtu kemarin, menyatakan kedatangan ia ke Islamabad bertujuan untuk berdialog terkait Taliban. Ia merasa kunjungan sebelumnya ke Pakistan tak membantu peningkatan keamanan di Afghanistan. Di sisi lain, ia mengakui mau tak mau Afghanistan harus melanjutkan dialog dengan.

''Saya tak yakin, tapi saya berharap,'' tutur Karzai tentang prospek kemajuan selama kunjungan di Afghanistan. Dikutip dari Al Jazeera, Karzai juga menyatakan akan tetap meminta Pakistan membebaskan semua tahanan warga Afghanistan dari penjara mereka, termasuk tokoh paling senior Taliban yang ditahan Pakistan, mantan Wakil pemimpin Abdul Ghani Baradar.

Sejauh ini, Pakistan telah merilis 26 tahanan termasuk mantan Menteri Kehakiman Nooruddin Turabi. Langkah yang dilakukan akhir dan awal tahun 2013 diambil untuk memfasilitasi proeses perdamaian di Afghanistan. Tetapi, pembebasan para tahanan ini justru menimbulkan masalah baru antara Kabul dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Amerika menilai Pakistan tak memantau kembali keberadaan mantan tahanan mereka. Washington pun khawatir mantan narapidana itu akan kembali menjadi pemberontak .Sejauh ini Taliban terus menolak dialog dengan Pemerintah Afghanistan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement