CANBERRA -- Industri beras Australia optimistis bisa memasuki pasar Jepang, menyusul dialog perdagangan di Brunei, pekan ini, yang fokus pada pengurangan hambatan dalam tarif impor dan peningkatan ekspor.
12 negara termasuk Australia mengambil bagian dalam pembicaraan yang dimaksudkan menekan tarif impor dalam upaya meningkatkan ekpsor masing-masing negara.
Ruth wade dari Asosiasi Petani Beras Australia, mengatakan setelah diabaikan cukup lama, komoditas beras kini perlu mendapat perhatian serius. "Jika kita ingin melakukan perdagangan yang benar-benar bebas, maka komoditas seperti beras, yang selama ini dipandang sebagai komoditas yang sangat sensitif secara budaya dan politik, sudah saatnya untuk ikut dibahas," katanya.
Sejumlah negara memproteksi industri berasnya dengan mengenakan tarif impor yang tinggi bagi negara-negara pengekspor. "Pembicaraan multilatreral merupakan kesempatan terbaik bagi Australia, bukan dengan pendekatan bilateral," kata Wade.
Japan membuka kuota impor beras sebesar 682 ribu pertahun. Menurut Ruth Wade, Australia, yang mengekspor 80 persen produksi berasnya, akan menghadapi saingan ketat dari negara-negara produsen beras lainnya dalam merebut pasar Jepang.