Kamis 29 Aug 2013 12:21 WIB

Antisipasi Serangan Barat, Suriah Ungsikan Tentara dari Gedung-Gedung Militer

 Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN--Pasukan Presiden Bashar al-Assad terlihat mengungsikan sebagian besar tentara dan petugas keamanan dari markas besar di Damaskus sebagai persiapan menghadapi serangan militer pihak Barat, kata pihak oposisi dan penduduk setempat, Rabu (28/8).

Serangan udara dipimpin AS mungkin dilakukan setelah Amerika Serikat dan uni Eropa serta sekutu Timur Tengah menuduh pasukan Bashar al-Assad melakukan serangan gas beracun yang menewaskan ratusan warga di Damaskus pada 21 Agustus lalu.

Unit tentara yang bertugas di dekat ibu kota sudah menyiapkan sejumlah truk "trailer" untuk memindahkan senjata-senjata berat ke tempat lain, meskipun tidak ada tanda-tanda laporan mengenai gerakan perangkat militer sehubungan dengan kemungkinan terjadi pertempuran.

Kendaraan lapis baja dan truk mengangkut pasukan terlihat meninggalkan kawasan bandara internasional Damaskus yang meliputi tiga pangkalan tentara, menuju ke kota Harran al-Awamiddi, tutur pegiat oposisi Ma'moun al-Ghoutani melalui telepon dari daerah itu. Ia menambahkan bahwa lampu-lampu di bandara sudah dipadamkan.

Di antara sejumlah bangunan yang mulai dikosongkan adalah gedung staf Komando Umum di Lapangan Umayyad dan markas keamanan Kfar Barat di distrik Souseh, kata penduduk dan Tentara Pembebasan Suriah.

Sementara itu pihak oposisi juga menyampaikan bahwa di kota pelabuhan Mediterania, Latakia, sejumlah kapal laut AL membuang jangkar di pelabuhan kapal niaga yang diperuntukkan bagi lalu-lintas sipil, agaknya untuk mengurangi identifikasi dan kemungkinan serangan.

Penguasa militer Suriah tidak mengumumkan secara terbuka gerakan tersebut dan tidak ada juru bicara pemerintah yang bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya.

Gedung staf komando umum, salah satu bangunan penting di pangkalan militer negara itu, sudah mengurangi jumlah karyawan yang bertugas sejak mendapat serangan bom oleh oposisi pada September 2012. Namun hampir tidak ada laporan mengenai pekerjaan yang dilakukan di tempat tersebut dan gedung-gedung di sekitarnya pada Rabu (29/8).

Mereka mengatakan bahwa sejumlah truk terlihat di tempat itu dalam 48 jam terakhir di pintu gerbang yang diselubungi. Keberadaan truk dicurigai untuk memindahkan dokumen dan senjata ringan. "Anda bisa mendengar jarum jatuh di Kfar Souseh," kata seorang penduduk di dekat pangkalan intelijen militer cabang Pakistan di Kfar Souseh.

Brigadir Jenderal Mustafa al-Sheikh, pejabat senior militer yang membelot menyampaikan dari suatu tempat yang menjadi markas Tentara Pembebasan Suriah, bahwa para staf sudah diungsikan ke pangkalan alternatif di kaki bukit Gunung anti-Lebanon di utara Damaskus.

Sejumlah pasukan, imbuhnya, juga komando telah ditempatkan di sekolah-sekolah dan tempat persembunyian bawah tanah. "Tetapi saya tidak yakin bahwa hal itu akan baik bagi rezim," kata Sheikh.

Seorang penduduk lain di kaki bukit Qasioun, gunung di tengah kota tempat pasukan elit Pretoria bermarkas, dimana dentuman senjata acapkali terdengar sehar-hari dari batalion 105 Pengawal Republik, menyatakan suasana mendadak menjadi senyap pada Rabu. "Ada banyak truk secara berangsur meninggalkan Qasioun. Tampaknya mereka mengosongkan markas batalion."

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement