REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Kusnaeni mengatakan, tindakan rasisme yang dilakukan suporter Persija kepada gelandang Persib Bandung asal Kamerun Mbida Messi merupakan persoalan serius dan harus ditindak tegas. Misalnya, dengan memberikan sanksi kepada klub berupa denda, larangan menggelar laga kandang, sampai pengurangan poin oleh PSSI.
"Kejadian ini bukan hal yang sepele dan harus ada sanksi agar menimbulkan efek jera," ujar Kusnaeni ketika dihubungi Republika, Jumat (30/8).
Rasisme di luar pertandingan oleh ulah suporter masih dianggap remeh. Padahal tindakan tersebut dapat merambat ke hal-hal lain yang memberikan efek jangka panjang.
Tindakan rasisme tak hanya sebatas mencemooh pemain di luar lapangan. Namun juga lagu-lagu yang dibawakan oleh suporter selama pertandingan juga kerap mengandung unsur rasisme.
"Misalnya ketika Arema melawan Persebaya. Nyanyian yang dibawakan oleh suporter mengandung unsur rasisme tapi sampai saat ini masih dibiarkan saja," kata Kusnaeni.
Pemberian sanksi yang tepat seharusnya langsung kepada pelaku. Namun di Indonesia masih sulit karena belum ada teknologi yang mampu mendeteksi suporter yang melakukan tindakan rasisme tersebut. Berbeda dengan di Eropa yang sudah memiliki alat pendeteksi. Sehingga jika muncul kejadian rasisme hukuman langsung diberikan kepada pelaku yang bersangkutan.
Tak menutup kemungkinan, tindakan rasisme suporter Persija terhadap Messi dapat memperburuk citra sepak bola Indonesia di dunia Internasional. Menurut Kusnaeni, jika Messi tidak berkenan dengan kejadian tersebut, dia bisa saja melaporkannya ke federasi sepak bola Kamerun dan nantinya akan dilaporkan kepada FIFA.
Messi menerima tindakan rasisme dari suporter Persija saat menjalani laga pertandingan di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Rabu (28/8). Oknum suporter Persija meneriaki gelandang berusia 32 tahun tersebut dengan "monyet-monyet" dan memberikannya pisang. Persib Bandung pun akan melaporkan tindakan rasis tersebut kepada Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.