REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Penemuan uang kertas palsu di daerah pariwisata Bali selama triwulan II-2013 (April-Juni) mencapai 1.216 lembar, jauh lebih banyak jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang tercatat hanya 925 lembar.
"Baik secara kualitas maupun kuantitas, penemuan uang kertas palsu di daerah pariwisata ini tahunnya berfluktuasi, dan tiga bulan terakhir itu melonjak dibandingkan sebelumnya," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara, Dwi Pranoto di Denpasar Rabu (4/9).
Bertambah banyaknya uang kertas palsu yang beredar di daerah ini diketahui berdasarkan temuan bank-bank atau laporan lembaga keuangan lainnya, namun tidak disebutkan berapa nilai dari seluruh lembar uang palsu tersebut.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa jumlah uang kertas Rp 100 ribu paling banyak dipalsukan atau mencapai 92,52 persen dari volume, disusul Rp 50 ribu dengan porsi 6,7 persen dan selebihnya pecahan Rp 20 ribu dan Rp 5.000.
Bank Indonesia berupaya mempersempit ruang gerak peredaran uang palsu di daerah ini dengan melakukan sosialisasi secara berkelanjutan tentang ciri-ciri keaslian nilai uang rupiah kepada masyarakat.
Ia menuturkan, pihaknya intensif melakukan pengawasan dan penarikan uang palsu yang ditemukan, serta aktif memberikan sosialisasi. "Kami juga membentuk satuan kerja untuk memberantasnya," ujar Dwi.
Pemalsuan uang merupakan kejahatan transnasional. Untuk itu, perlu adanya penindakan tegas dan penghimpunan data hingga mampu mendukung upaya Polri untuk memberantas dan menangkap pengedar yang bermunculan di Bali.
Masyarakat di daerah ini diharapkan selalu waspada terhadap uang kertas palsu yang beredar dengan jumlah dikhawatirkan bertambah banyak. Terutama para petugas pembayaran atau kasir harus lebih berhati-hati.