REPUBLIKA.CO.ID, RIMANILA -- Kelompok bersenjata kembali menyerang kota pesisir lainnya setelah Zamboanga, Filipina. Namun belum diketahui penyebab utama 100 anggota pejuang Moro memasuki kota Lamitan dan terlibat bentrok dengan militer.
Militer Filipina, dikutip dari Inquirer.net, menyebutkan serangan pejuang Muslim yang ditengarai melibatkan ekstrimis Abus Sayyaf menyebabkan tiga tentara tewas dan sembilan lainnya luka-luka.
Para korban berasal dari Batalyon Ranger Ke-3.Wakil Walikota Roderick Furigay, mengatakan, pemberontak menyerang kota Lamitan, provinsi Basilan, Kamis (12/9) pagi kemarin. Serangan ini menyebabkan lima orang warga dan dua orang terluka.
Sementara Juru bicara militer, Brigjen Domingo Tutaan Junior menyebutkan gerilyawan bersenjata itu berasal dari anggota MNLF dan kelompok Abu Sayyaf.
Namun pihak berwenang hingga saat ini msih memeriksa apakan bentrokan itu terkait dengan kebuntuan di Zamboanga. Nara sumber dari militer, yang diwawancarai Inquirer, mengatakan penyerangan dipimpin Komandan Abu Sayyaf Isnilon Hapsilon.
Gubernur regional wilayah otonomi Muslim Mindanao membenarkan bahwa 100 anggota Abu Sayyaf sedang dalam perjalanan menuju markas polisi ketika bentrok dengan tentara.
Namun ia membantah mereka adalah anggota MNLF dan serangan itu terkait dengan kebuntuan di Zamboanga.
Ia menambahkan bentrokan terjadi selama 30 menit dan kemudian bisa dipukul mundur oleh militer. Pihak berwenang, ia melanjutkan, telah memantau adanya pergerakan gerombolan tak dikenal di wilayah itu.
Sehingga warga di desa pesisir Kota Lamitan juga telah dievakuasi Rabu, satu hari sebelumnya.Selain kota Lamitan, gerombolan Abu Sayyaf diketahui juga menyerang kota lain.
Menteri Dalam Negeri Mar Roxas mengatakan tentara diperintah untuk mencegah pemberontak keluar atau mendapatkan bala bantuan. Selain itu 15 ribu warga desa juga telah melarikan diri dari lokasi pertempuran dan tinggal di penampungan sementara.
MNLF dan Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian damai tahun 1996. Namun pemimpin salah satu faksi MNLF menyatakan pemerintah mengingkari janji mengembangkan wilayah miskin.