REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Komisi Kepolisian Nasional mengimbau pihak kepolisian memperkuat peranan intelijen guna mengungkap pelaku teror dan penembakan terhadap personel institusi penegak hukum itu.
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolna) Logan Siagian di Medan, Jumat, mengatakan, peranan intelijen tersebut sangat dibutuhkan untuk mengungkap pelaku penembakan terhadap kepolisian selama ini.
Apalagi peristiwa penembakan tersebut telah terjadi beberapa kali yang menyebabkan beberapa personel kepolisian meninggal dunia."Sudah lima kali polisi ditembak dengan motif yang berbeda," katanya.
Sebelumnya, sejumlah personel Polri mengalami penembakan oleh orang atau kelompok tidak dikenal yang beberapa di antaranya meninggal dunia.
Peristiwa penembakan terakhir terjadi di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta yang dialami anggota Provos Mabes Polri Bripka Sukardi.
Menurut Logan, penguatan peran intelijen Polri tersebut diperlukan agar mampu mengantisipasi berbagai tindak kriminalitas yang terjadi.
Setelah itu, pihak kepolisian juga perlu mengawasi dan memantau keberadaan dan peredaran senjata api yang berada di tengah masyarakat.
"Polri harus memperkuat lagi jaringan-jaringan intelijen, juga mengawasi kepemilikan senjata api. Polisi harus mengetahui, meski dari identifikasi peluru," katanya.
Ia mengatakan, penembakan terhadap personel kepolisian bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di luar negeri."Banyak hal di balik penembakan itu. Jadi, jangan disimpulkan dulu, biarkanlah polisi bekerja dulu," ujar dia.
Selain peningkatan peran intelijen dan pengawasan senjata api, ia juga menilai pihak kepolisian perlu melakukan antisipasi dengan memberikan rompi antipeluru bagi personel berpakaian dinas dan keterampilan bela diri.