REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Jerman mengakui negaranya mengekspor 111 ton bahan kimia ke Suriah antara tahun 2002-2006 yang dapat digunakan untuk memproduksi gas sarin.
Akan tetapi, pemerintah membantah tudingan seorang anggota oposisi di parlemen bahwa Jerman secara tidak sengaja berkontribusi pada serangan gas sarin pada 21 Agustus di Suriah.
Bahan kimia, natrium fluorida, asam fluorida, dan amonium hidrogen fluorida diklasifikasikan sebagai bahan dengan penggunaan ganda di bawah aturan Uni Eropa yang berarti dapat digunakan untuk tujuan sipil ataupun militer.
Bahan itu butuh izin ekspor khusus. Dalam laporan merespon pertanyaan parlemen dari Partai Kiri Jerman, menteri ekonomi mengatakan bahan kimia terjual antara 2002-2003 dan 2005-2006 yang secara total bernilai 174 ribu euro dan terjual untuk penggunaan sipil.
"Izin keluar setelah pertimbangan yang hati-hati akan semua risiko yang mungkin termasuk penyalahgunaan barang atau mentransfer ke dalam penggunaan senjata kimia," ujar kementerian itu dilansir Huffingtonpost.
Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan pemerintah melihat lisensi ekspor untuk penggunaan sipil. Dalam laporan itu, perang kimia modern di medan perang terjadi para Perang Dunia Pertama yang dipelopori Jerman.
Peneliti PBB mengkonfirmasi zat saraf sarin digunakan dalam serangan di Suriah yang menurut Washington menewaskan lebih dari 1.400 orang di daerah yang dikuasai militan.