REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah memberikan informasi program senjata kimia yang sebelumnya ditenggat hingga Sabtu (22/9) waktu setempat. Mereka memberikan data kepada pengawas senjata kimia swasta, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
"Sekretariat teknis saat ini memeriksa informasi yang didapat," ujar pernyataan dari OPCW dilansir Al-Jazeera.
Penyerahan data tersebut merupakan tahap penting bagi proses pemusnahan senjata kimia. Suriah diyakini memiliki 1.000 ton racun dan sepakat untuk menghancurkannya di bawah kesepakatan dari Rusia-AS.
Kesepakatan itu menghindari serangan senjata kimia AS ke Suriah. Pada Sabtu pagi, OPCW mengatakan mereka mulai memeriksa rincian pertama senjata kimia yang diberikan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Di New York, utusan PBB membahas rancangan resolusi Dewan Keamanan yang akan melaksanakan rencana penghancuran senjata kimia Suriah. OPCW mengatakan pertemuan ditunda sampai Ahad.
Cina, yang beraliansi dengan rezim Assad menilai implementasi dari kesepakatan AS dan Rusia akan dilakukan sesegera mungkin.
"Kami percaya penyelesaian politik merupakan satu-satunya jalan baik untuk mengatasi krisis Suriah," ujar Menteri Luar Negeri Wang Yi.
Dia mengatakan Beijing akan mendukung proses penghancuran senjata kimia Suriah tersebut.