REPUBLIKA.CO.ID, YANGON--Warga Muslim yang ketakutan bersembunyi di rumah di barat laut Myanmar pada Senin (30/9). Mereka bersembunyi setelah polisi bersenjata membubarkan massa warga Buddha yang membakar rumah-rumah dan mengepung masjid.
Bentrokan antara mayoritas Buddha dan Muslim telah menewaskan sedikitnya 237 orang dan menyebabkan lebih dari 150 ribu orang kehilangan rumah sejak Juni 2012.
Kekerasan SARA mengancam reformasi politik dan ekonomi yang diluncurkan dalam dua tahun sejak pemerintahan sipil menggantikan junta militer. Situasi di kota Thandwe genting setelah polisi membubarkan massa dengan menembakkan peluru ke udara pada Ahad malam.
Thandwe terletak di 260 km dari ibukota Yangone di negara bagian Rakhine. "Kami sekarang takut dan bersembunyi di dalam rumah seperti sebelumnya," ujar Ketua Partai Kaman Muslim, Kyaw Zan Hla dilansir nytimes.com.
Dia mengatakan sekitar 200 orang bergabung dalam massa, memakai masker dan menyalakan obor. Polisi mengatakan tidak ada korban tewas atau cedera akibat insiden tersebut.
Pada April lalu, pemerintah mengatakan 192 orang tewas pada Juni dan Oktober 2012 akibat bentrokan antara etnis Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya. Kebanyakan warga Myanmar menganggap Rahingya merupakan imigran ilegal dari Bangladesh.