REPUBLIKA.CO.ID, TAWAU, MALAYSIA -- Kepala Perwakilan/Konsul RI Tawau, Muhammad Soleh mengemukakan kesadaran warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Negeri Bagian Sabah Malaysia masih sangat rendah.
Hal ini dia sampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan sosialisasi pentingnya memiliki dokumen keimigrasian apabila berada di luar negeri kepada WNI di tempatnya bekerja pada sejumlah perkebunan kelapa sawit.
"Memang masih jadi masalah karena WNI yang bekerja di sini (Sabah) kesadarannya untuk mengurus dokumen keimigrasian seperti paspor masih rendah," kata Muhammad Soleh di Tawau, Senin (14/10).
Ia menambahkan, beberapa kali menawarkan kepada WNI di wilayah kerjanya di Kunak, Semporna, Lahad Datu dan Tawau untuk melengkapi diri dengan paspor dalam beraktivitas.
Namun jawaban mereka (WNI), secara enteng menyatakan tidak perlu dulu dengan alasan belum memiliki biaya maupun belum sanggup untuk dipotong gaji setiap bulan oleh majikan sebagai jaminan, terang dia.
Untuk menyadarkan WNI terkait pentingnya memiliki dokumen bekerja di luar negeri, Muhammad Soleh mengaku akan terus berupaya maksimal mensosialisasikannya dengan mengunjungi di tempat kerjanya.
Paspor lanjut dia, sangat bermanfaat juga bagi WNI yang memiliki anak yang telah memasuki usia sekolah. Dimana anak-anak mereka tidak diterima melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah lanjutan di Sabah apabila orangtua dan anak tersebut tidak memiliki dokumen keimigrasian.
"Memang banyak yang tidak diterima anak-anaknya sekolah setingkat SMP atau SMA karena orangtuanya tidak punya paspor. Sementara yang diterima bersekolah di sekolah anak-anak TKI khususnya sekolah lanjutan adalah yang memiliki paspor saja," ungkap Konsul RI Tawau ini.
Padahal, kata dia, ongkos pengurusan paspor bagi anak-anak sekolah hanya dipungut biaya sebesar 18 ringgit Malaysia dengan jaminan 900 ringgit Malaysia per tahun.
Jadi wajar saja apabila anak-anak WNI yang bekerja di Sabah ini kesulitan melanjutkan sekolah lanjutan di Malaysia, katanya.