REPUBLIKA.CO.ID, BERGAMO -- Sebelum jeda internasional, kondisi Atalanta dan Lazio berbanding terbalik. Jika Atalanta mampu mengemas poin penuh di dua laga terakhirnya di Serie A Italia, Lazio justru hanya mampu mengemas satu poin di dua laga Liga Italia.
Kini, kedua berebut momentum di pekan kedelapan Serie A pada Ahad (20/10) waktu setempat.
Hanya mampu mengemas tiga poin di lima laga awal Serie A, secara perlahan Atalanta mampu bangkit. La Dea bahkan mampu mencetak dua kemenangan beruntun di dua laga terakhir Serie A sebelum jeda internasional.
Tim besutan Stefano Colantuono itu mampu melewati hadangan Udinese dan Chievo. Jika Udinese mampu dilibas 2-0, La Dea mampu menghempaskan Chievo 0-1 di laga tandang mereka.
Rentetan dua kemenangan ini pun memperbaiki posisi Atalanta di papan klasemen sementara Serie A. Meraih sembilan poin dari tujuh laga, Mario Yepes dan kawan-kawan berada di posisi ke-11 klasemen sementara.
Selain itu, dua kemenangan terakhir itu juga menjadi modal berharga saat La Dea menerima lawatan Lazio di Stadion Azzuri D'Italia.
Waspadai Lazio
Kendati begitu, Colantuono tidak mau anak-anak asuhnya besar kepala. Menurut pelatih berusia 50 tahun itu, Lazio masih menjadi salah satu tim besar di Liga Italia.
Kehadiran Vladimir Petkovic sebagai pelatih Biancoceleste menjadi salah satu alasan utama bahwa Lazio masih dianggap sebagai salah satu tim yang diunggulkan untuk bisa meraih scudetto. Atau paling tidak finish di enam besar klasemen Serie A.
''Pekerjaan Petkovic di Lazio cukup bagus. Bahkan, saya yakin dia mampu membawa Lazio finish di posisi enam besar klasemen akhir Liga Italia musim ini,'' kata Colantuono di Football-Italia.
Colantuono juga menyoroti keberadaan penyerang kelas dunia Miroslav Klose dan kehadiran Sergio Floccari di lini serang juara Coppa Italia musim lalu tersebut. Kehadiran dua penyerang ini dapat menjadi batu sandungan buat Atalanta dalam menatap kemenangan ketiga mereka secara beruntun di Serie A.
Selain itu, Colantuono juga tidak mau gegabah dan menganggap remeh Lazio berdasarkan penampilan terakhir mereka. Di tiga laga terakhir Serie A, Lazio memang gagal memetik poin penuh.
''Tapi, dengan kualitas pemain yang dimilikinya, mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih baik,'' kata mantan pelatih Torino itu.
Penampilan Terburuk
Performa Hernanes dan kawan-kawan memang tengah berada di titik terendah. Ditahan imbang Sassuolo 2-2 di pekan keenam Liga Italia pada akhir bulan lalu, Lazio tidak pernah bisa menang termasuk kala ditahan imbang 3-3 oleh Trabzonspor di kancah Liga Europa dan 0-0 oleh Fiorentina di ajang Serie A.
Salah satu alasan menurunnya penampilan Biancoceleste lantaran menghilangnya sejumlah penggawa andalan mereka lantaran mengalami cedera.
Paling tidak Petkovic mesti kehilangan delapan pemain tim utama akibat cedera, teramsuk Giuseppe Biava dan Stefan Radu. Untuk mengatasi hal ini, Petkovic pun terpaksa mulai membawa pemain-pemain muda saat menghadapi Trabzonspor dan Fiorentina.
Namun, jelang laga kontra Atalanta, Petkovic agaknya sudah bisa merurunkan Stefan Radu dan Abdulay Konko.
''Kami bisa mencetak 19 ancaman ke gawang Fiorentina di laga terakhir kami. Itu adalah pertanda bagus,'' kata pelatih asal Bosnia-Herzegovina tersebut di Lazionews.it.
''Kami telah menunjukan kembali lapar untuk mencetak gol. Kini, kami harus menunjukkannya lewat hasil yang bagus,'' katanya. ''Kami telah membangun sesuatu yang bagus sembari menunggu pemain yang cedera untuk bisa kembali.''
Jika menilik sejarah pertemuan kedua tim, Lazio memang jauh lebih diunggulkan. Dari enam pertemuan terakhir, Biancoceleste mampu menang lima kali. Termasuk kemenangan dua kali berturut-turut di Stadion Azzurri D'Italia, kandang Atalanta.
Terlebih, Lazio juga belum pernah mencetak kemenangan di laga tandang pada Serie A musim ini. Namun, tim tuan rumah tentu tidak ingin momentum kemenangan di dua laga terakhir menguap begitu saja.