REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit korporasi diperkirakan akan melambat pada tahun depan karena adanya Pemilihan Umum (Pemilu). Perbankan menilai pelaku industri akan melakukan wait and see hingga Pemilu usai.
Head Of Corporate and Investment Banking Citibank Indonesia, Kunardy Lie, mengatakan kredit korporasi yang dikeluarkan pada tahun depan tidak akan sebanyak tahun ini. "Kredit akan dimulai pada kuartal pertama dan kuartal keempat," ujar Kunardy kepada ROL, kemarin.
Ia memprediksi kredit dalam bentuk sindikasi dan pendanaan publik masih akan melihat waktu, sedangkan pendanaan secara bilateral masih akan tetap dilakukan. Tahun ini permintaan kredit korporasi di Citibank masih bagus. Hingga akhir tahun perseroan masih akan kembali menyalurkan kredit korporasi bersama-sama dengan bank lain atau secara sindikasi pada perusahaan lokal.
Kredit yang akan dikucurkan tersebut merupakan kredit valas. Pasalnya, kebanyakan nasabah perseroan memang perusahaan multinasional sehingga perseroan lebih banyak mengucurkan kredit dalam bentuk valas daripada rupiah.
Tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit secara keseluruhan 15 persen. Namun, Kunardy mengakui pertumbuhan kredit baru tercapai sekitar 10 persen dengan kredit secara keseluruhan mencapai Rp 22 triliun. Penyebabnya adalah volatilitas pasar, dan juga banyak perusahaan yang mengerem karena biaya dana naik dan juga obligasi dolar.
Kunardy menilai persaingan di segmen korporasi cukup ketat karena banyak bank yang bermain di segmen korporasi. Di sisi lain, tidak banyak transaksi yang terjadi.
Direktur Korporasi PT Bank Central Asia (BCA), Dahlia M Ariotedjo, mengatakan permintaan kredit korporasi untuk tahun depan akan tetap ada. Perseroan mengincar pertumbuhan kredit korporasi 15 persen hingga 17 persen untuk tahun depan.
Permintaan kredit korporasi tahun depan menurutnya masih disokong oleh permintaan kredit investasi. Kenaikan kredit terbesar akan terlihat di industri bahan kimia dan plastik, infrastruktur, terutama jalan tol, energi dan pembangkit listrik, serta otomotif. Sementara sektor lain yang berpotensi adalah otomotif, makanan, dan properti. "Biasanya kalau dekat Pemilu kredit lokal yang diincar," ujar dia.
Corporate and Investment Banking Director Rabobank International, Eri Budiono, juga memproyeksikan kredit korporasi tahun depan akan melambat. "Kebanyakan akan slowdown, Banyak perusahaan akan menunda atau kalau ada dikebut sekarang. Mereka akan wait and see bagaimana nanti melihat calon-calon," ujar Eri.