PERTH -- Pemerintah Queensland di sejumlah kawasan memberlakukan kebijakan ‘zona bebas buaya’ yang bertujuan untuk mengurangi resiko serangan buaya. Dan rencana itu telah mendongkrak harapan warga Utara Jauh Queensland untuk bisa berenang dengan aman seperti masyarakat di bagian Selatan Queensland.
Keberadaan satwa buaya di Australia menimbulkan rasa takut sekaligus daya tarik. Dalam rantai makanan, seekor buaya dewasa dapat mengoyak tubuh orang dewasa hingga potongan kecil atau menelan seorang anak atau anjing peliharaan dalam beberapa tegukan.
Buaya pada dasarnya tidak disukai, namun turis dan warga lokal selalu menyediakan tempat kecil untuk predator nomor satu di Australia tersebut.
Namun pemerintah Queensland memutuskan jumlah buaya di kawasannya sudah cukup banyak.
Di kawasan Utara jauh Queensland, pengelola kawasan konservasi tengah mengujicobakan kebijakan tidak mentolerir sama sekali mendekati reptil.
Aturan yang mulai berlaku Juli lalu itu menjadikan sejumlah kawasan sebagai ‘Zona Bebas Buaya’, yang membolehkan warga memasang pagar penghalang untuk mencegah buaya-buaya kembali ke kawasan tersebut.
Salah satu kawasan yang sudah menerapkan kebijakan ini adalah di kawasan Sungai Ross di atas bendungan Aplin di Townsville. Tapi zona lain sudah ditandai sebagai kawasan beresiko dan patroli dikawasan itu kian ditingkatkan. Masyarakat dibolehkan memusnahkan binatang apapun dalam jarak 2 meter.
Aturan ini juga diterapkan di seluruh wilayah metropolitan Cairns dan di hinterland utara serta di pantai-pantai.
Sebagian besar zona ini telah lebih ditargetkan sebagai kawasan "pembasmian proaktif’ dari semua buaya.
Kebijakan pembasmian buaya ini melibatkan para pemburu dan petugas lingkungan Queensland dan Departemen Perlindungan Warisan.
Sejak awal tahun lalu, mereka sudah membasmi 26 ekor buaya dengan mempertaruhkan hidup mereka ketika menangkap buaya-buaya tersebut.
Guna mengantisipasi beban kerja yang meningkat, pemerintah siap mengumumkan pemberian kontrak pribadi untuk pelacakan dan penghapusan reptil buaya dari daerah Cairns yang berlaku selama 12 bulan.
Berbeda dengan Northern Territory, Queensland tidak membolehkan pemusnahan buaya liar yang tertangkap. Sebaliknya hewan itu ditangkap dan kemudian diambil untuk dipelihara di peternakan buaya dan digunakan sebagai hewan yang dibiakan.
Keturunan mereka akhirnya akan menjadi komoditas daging tinggi protein, tas, ikat pinggang dan sepatu.
Menuai pro kontra
Kebijakan zona pemusnahan buaya ini masih diberlakukan secara terbatas di Cairns, Townsville, Cassowary Coast dan Hinchinbrook. Namun kebijakan ini sudah menuai pro dan kontra antara masyarakat dan pakar.
Masyarakat yang mendukung kebijakan ini menyebut aturan itu sebagai upaya lebih baik aman daripada menyesal.
Salah seorang peselancar mengatakan dirinya pernah melihat ada buaya kecil di air dan melihat ada orang yang mengayuh perahu untuk berusaha melihat lebih dekat.
"Menurut saya sudah terlalu ya. Kita memiliki kebutuhan untuk menggunakan pantai seperti masyarakat di Selatan. Tapi jika ada buaya yang muncul di perairan disini, maka akan memicu kepanikan dan jeritan tangis," kata Cols Sparkes, manager regional Surf Lifesaving di North Queensland.
Sementara para pemburu mengatakan populasi buaya saat ini tergolong cukup stabil. Dalam survey regular mereka di perairan sekitar Cairns, mereka mengakui buaya masih dijumpai setiap 1 kilometer di sungai.
Tapi mereka tidak menampik kalau memang ada peningkatan jumlah penduduk yang turut meningkatkan penggunaan perairan dan pantai di kawasan itu baik untuk memancing, berperahu, berselancar dan kegiatan bersenang-senang lainnya.
Dengan alasan ini pakar satwa dari Universitas Queensland, Craig Franklin menilai kebijakan ini ‘salah sasaran’ dan kurang kredibilitas sainsnya.
Franklin menilai aturan itu malah akan menciptakan perasaan aman palsu, terutama di daerah-daerah yang dinyatakan sebagai kawasan bebas buaya.
"Warga akan merasa itu wilayah pembasmian, itu kawasan pembasmian proaktif, tidak boleh ada buaya dikawasan tersebut, jadi sangat aman untuk menyelam dan berenang di perairan dikawasan tersebut yang sebenarnya justru menempatkan mereka dalam ancaman,” katanya.
Selain itu Professor Franklin, juga menyatakan kekhawatirannya jika buaya dimusnahkan maka akan dapat mengganggu rantai makanan penduduk lokal dan merusak ekosistem.
"Jika tidak ada buaya, maka di masa datang akan banyak ikan lele emas dan mereka bisa menjadi predator bagi barramundi jadi akan sedikit barramundi yang tersisa di perairan disana, sehingga harganya akan mahal.” Tegasnya.
Sejauh ini belum ada bukti yang menggambarkan peningkatan serangan buaya di Queensland. Karenanya skema ini dianggap sebagai bentuk dari perebutan lahan antara manusia dan buaya menyusul berkembangnya populasi manusia di Queensland dan jalan keluar untuk mengelola ketakutan masyarakat terhadap serangan buaya.
Serangan buaya memang meningkat di Australia pasca dicabutnya larangan berburu buaya. Serangan buaya fatal terakhir di Queensland tercatat tahun 2009 di Sungai Daintree River,