Jumat 25 Oct 2013 14:39 WIB

Australia tak Maksimal Manfaatkan Warganya yang Berbahasa Indonesia

Red:
Indonesia-Australia
Indonesia-Australia

CANBERRA --Ini adalah tulisan seorang warga negara Australia yang bisa berbahasa Indonesia. Tulisan ini menarik karena menyangkut persepsi warga Australia terhadap Indonesia:

Saya adalah satu dari 30 delegasi dari Indonesia dan Australia yang mengikuti konferensi pemuda CAUSINDY, 17 - 20 Oktober di Canberra, setelah melewati seleksi. Kebanyakan dari peserta memiliki pengalaman dan ketertarikan terhadap Australia dan Indonesia. Misalnya, di bidang hukum, pembangunan, pendidikan, keamanan, pertambangan, pemerintah, dan lain-lain.

Ketika nama saya diumumkan sebagai salah satu delegasi di situs CAUSINDY, ada perasaan yang bercampur aduk. Pastinya senang sudah diterima. Ini juga menjadi pembuktian bagi diri saya.

Saya sudah bertahun-tahun belajar bahasa Indonesia, baik di Australia, maupun di Indonesia. Saya pernah kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2007. Jakarta sudah seperti rumah kedua bagi saya. Sesering mungkin saya selalu mengunjungi Indonesia.

Dari dulu saya diberitahu kalau sudah bisa bahasa Indonesia. Saya juga punya kemampuan lainnya, seperti pengetahuan di bidang hukum.  Walaupun sekarang mengajar bahasa Indonesia dan Politik Global di sekolah, saya pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang menarik dan terkait dengan Indonesia.

Tapi kebanyakan lembaga pemerintahan di Australia sangat jarang mengutamakan pelamar yang bisa berbahasa Indonesia. Kalau CAUSINDY, akhirnya ada juga forum yang mengutamakan kemampuan bahasa Indonesia.

CAUSINDY menghargai yang sudah saya lakukan karena mampu berbahasa Indonesia. Contohnya, di tahun 2008, saya sempat bekerja di Timor-Leste sebagai penerjemah untuk tim forensik dari Australia dan Argentina selama sebulan.

Di konferensi ini, saya berkesempatan bertemu dan berbicara dengan orang-orang Australia yang juga berpengalaman yang sama. Ternyata, jarang ada delegasi Australia yang mendapatkan pekerjaan karena kemampuan bahasa Indonesianya.

Yang berarti memang belum ada upaya pemerintah Australia yang benar-benar dilakukan untuk memanfaatkan orang-orang Australia yang bisa berbahasa Indonesia untuk memenuhi potensi Australia untuk masuk ke Indonesia dan menjadi terlibat di negara tetangga kami yang paling dekat.

Kalau kita membuka koran paling tidak seminggu sekali, kita mengetahui jumlah siswa belajar bahasa Indonesia di Australia di tingkat SMA dan Universitas menurun terus, walaupun baru tahun ini meningkat sedikit. Kita juga mengetahui banyak orang Australia yang sudah pernah ke Bali kadang-kadang tidak menyadari mereka sudah pernah ke Indonesia.

Bagi saya, sebagai seorang guru bahasa Indonesia, topik-topik soal salah persepsi sudah sangat basi dan tidak perlu dibahas lagi. Tidak ironis, kebanyakan delegasi sepakat dengan saya.

Di konferensi ini ada dua sesi yang paling bermanfaat. Pertama adalah saat para delegasi dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan kelompok-kelompok ini diberi kesempatan untuk bertanya kepada salah satu pakar panelnya apa saja yang mereka inginkan, dan dalam kondisi yang lebih santai daripada sesi panel formal.

Yang kedua, para delegasi  mendapat kesempatan untuk bekerja sama untuk merencanakan tiga sampai lima rekomendasi yang bisa dilaksanakan untuk memperkuat hubungan bilateralnya.

Rekomendasi ini semua dipresentasikan di depan dua ahli perdagangan, Leith Doody, yang sudah pernah bekerja di Austrade selama 20 tahun dan Danny De Schutter dari Boston Consulting Group, Canberra.  

Ada banyak rekomendasi yang dipresentasikan tiga kelompok ini, termasuk digital online market untuk pengusaha Australia dan Indonesia, pertandingan olahraga seperti pertandingan bola basket dan sepak bola antara kedua negara, program magang elit di mana kedua negara memperbolehkan warganya berkesempatan magang di perusahaan di negara lainnya. Juga penginapan hostel Australia-Indonesia di berbagai tempat tujuan di Indonesia yang bisa menjadi tempat untuk berbagi budaya dan belajar lebih banyak tentang satu sama lainnya juga.

Rencananya akan dipilih lima rekomendasi yang paling kuat untuk kemudian diharapkan bisa diterapkan di masa depan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia.

Yang jelas adalah 30 peserta, 15 dari Australia dan 15 dari Indonesia, sudah bersahabat dan selalu akan membagi pengalaman ini.

Menurut saya, kalau forum seperti CAUSINDY bisa membawa warga dari dua negara kita untuk membahas hubungan negara, hasilnya sudah muncul dan yang paling penting adalah persahabatan. Menurut saya, di tingkat orang ke orang, ini caranya yang paling efektif untuk memperkuat hubungan bilateralnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement