REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PP London Sumatra Indonesia Tbk membukukan peningkatan volume penjualan crude palm oil (CPO) sebesar 2,3 persen menjadi 327,737 ton per akhir September 2013. Namun demikian perseroan mencatat penurunan produksi.
Penurunan produksi disebabkan oleh likuidasi persediaan yang tinggi pada akhir 2012. "Dan karena turunnya harga komoditas serta volume penjualan dari produk lainnya, secara total penjualan turun 14,2 persen menjadi Rp 2,89 triliun," kata Sekretaris Perusahaan Endah R Madnawidjaja, Rabu (30/10).
Sekitar 52 persen dari total volume penjualan CPO dijual ke induk perusahaan. Nilainya turun 74 persen dari periode tahun lalu. Volume penjualan produk inti sawit mengalami penurunan sebesar 16,9 persen menjadi 66.454 ton pada triwulan ketiga 2013. Volume penjualan karet turun 6,4 persen menjadi 9.264 ton dan volume penjualan benih bibit kelapa sawit juga mengalami penurunan sebesar 27,3 persen menjadi 12,9 juta benih bibit.
Harga jual rata-rata yang lebih rendah telah mempengaruhi laba. Laba bruto turun 46,9 persen menjadi Rp 736 miliar dan laba operasi turun 47,3 persen menjadi Rp 588,3 miliar. "Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 53,4 persen menjadi Rp 442,9 miliar," ujar Endah.
Perseroan membukukan penurunan hasil produksi minyak sawit sebesar 15,6 persen pada akhir triwulan ketiga 2013. Penurunan ini sejalan dengan penurunan hasil inti sawit sebesar 17,7 persen menjadi 64.135 ton.
Penurunan hasil produksi disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kondisi logistik tandan buah segar (TBS) di beberapa wilayah. Sehingga TBS yang diproses turun 17 persen menjadi 1,19 juta ton pada akhir September 2013.
Hasil panen TBS inti turun 8,9 persen menjadi 867.564 ton. TBS yang dibeli dari eksternal turun 33,8 persen menjadi 321.289 ton. Hal ini disebabkan oleh ketatnya aturan kualitas TBS yang dibuat perseroan untuk meningkatkan rendemen.
Produktivitas TBS inti mengalami penurunan dari 12,8 ton per hektare menjadi 11,6 ton per hektare. Ini disebabkan oleh penurunan hasil panen TBS inti serta adanya penambahan lahan menghasilkan baru sekitar 1.109 hektare dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendemen minyak sawit (OER) meningkat menjadi sebesar 22,9persen dan rendemen inti sawit (KER) sama dengan tahun lalu yaitu sebesar 5,4 persen.