REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menetapkan sejumlah target peningkatan produksi sejumlah komoditas pangan. Terutama beras, jagung, gula, kedelai, dan daging sapi. Dikutip dari www.setkab.go.id Presiden SBY menjelaskan target peningkatan produksi itu tertuang dalam 'Rencana Aksi Bukittinggi'. Rencana tersebut telah disepakati oleh presiden, para menteri, dan dunia usaha.
Menurutnya, hal tersebut harus dilaksanakan sebab dengan perubahan iklim dan gejolak pasar dunia, diperlukan peningkatan komoditas pangan. Dengan begitu, kebutuhan tetap terpenuhi di dalam negeri sekaligus memperkecil import bahan pangan. “Dalam menghadapi perubahan iklim dan gejolak pasar pangan dunia, solusinya adalah meningkatkan stok, bukan impor,” katanya seperti dalam akun Twitter pribadinya, Rabu (30/10).
Ia mengatakan 'Rencana Aksi Bukittinggi' itu bisa diterapkan diseluruh tanah air. Karena itu, diperlukan kerja sama dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha agar bisa terwujud tahun depan.
Untuk komoditas pangan berupa beras, pemerintah memperkirakan kebutuhan 2014 mendatang adalah 33 juta ton. Sasaran produksi beras yang akan dicapai di tahun mendatang adalah 10 juta lebih tinggi dari kebutuhan pada tahun tersebut. Besarnya target produksi yang melebihi kebutuhan ini, menurut Presiden SBY, dimaksudkan sebagai upaya pencegahan terjadinya segala kemungkinan, seperti gangguan perubahan iklim, gejolak pasar beras dunia, dan faktor-faktor lainnya.
"Insya Allah, disamping aksi ini, masih terbuka ruang untuk kolaoirasi antara pemerintah daerah dan pusat, serta dunia usaha, sehingga surplus 10 juta ton beras tersebut bisa dicapai bersama," jelas Presiden SBY.
Mengenai kedelai, Presiden SBY mengakui, kalau masih sering menjadi isu sosial karena tingginya kebutuhan. Ia menyebutkan, kebutuhan kedelai tahun depan mencapai 1,98 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri tahun lalu hanya 900 ribu ton. "Gap masih besar. Kita berupaya untuk bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri secara signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kita berharap, paling tidak, tahun depan produksi kedelai bisa mencapai 1 juta ton lebih," katanya.
Untuk komoditas jagung dan gula, menurut Presiden, secara nasional tidak mengkhawatirkan. Kebutuhan jagung sejumlah 14,62 juta ton, sedangkan perkiraan produksi sebesar 19 juta ton. Meskipun demikian, Pemerintah menargetkan produksi jagung mencapai 20 juta ton.
Sedangkan gula, kebutuhan masyarakat adalah 2,7 juta ton dan perkiraan produksinya adalah 2,8 juta ton. Presiden berharap, produksi gula akan busa ditingkatkan menjadi 3,1 juta ton pada tahun mendatang.
Mengenai daging sapi, sama seperti kedelai, kata Presiden SBY, masih menghadapi persoalan yang tidak ringan. Seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, kebutuhan akan konsumsi daging juga meningkat. Diperkirakan, kebutuhan daging sapi pada tahun 2014 sebanyak 575,88 ribu ton sementara perkirakan produksinya sebesar 443,22 ribu ton. Jadi, masih terdapat gap sebesar 130 ribu ton daging sapi.
Pemerintah, lanjutnya, memiliki target untuk meningkatkan produksi daging sapi, sekitar 20 ribu ton lagi. “Pemerintah ingin terus meningkatkan produksi daging sapi, sehingga gap antara produksi dan kebutuhan pun semakin kecil,” katanya.
Presiden SBY meyakinkan pemerintah bekerja serius pada langkah peningkatan produksi sejumlah komoditas pangan. "Ini target yang nyata dan riil. Dengan kerja kerja, saya yakin sasaran-sasaran tersebut akan bisa kita wujudkan. Kita perlu ada surplus dan harus dilakukan percepatan," kata Presiden SBY.